LAPORAN
PENDAHULUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
A. Definisi
Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
Kebutuhan cairan dan
elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan
perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang
berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau kekurangan
B. System
Yang Berperan Dalam Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
1. Ginjal
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar
dalam mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal,
yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur
keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini
diawali oleh kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus dalam menyaring
cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma yang
mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan yang tersaring
(filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya
menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat
dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam
2. Kulit
Merupakan bagian penting pengaturan cairan
yang terkait dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat
pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan
arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses pelepasan
panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan
tergantung banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit.
Proses pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke
udara sekitar, konduksi (pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi
(pengaliran udara panas ke permukaan yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar
keringat di bawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu
dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang lebih setengah
liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh
melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas
3. Paru
Organ
paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss
kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons
akibat perubahan upaya kemampuan bernapas
4. Gastroinstestinal
Merupakan
organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui proses
penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam
system ini sekitar 100-200 ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat
melalui system endokrin, seperti: system hormonal
5. ADH
Memiliki
peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air
dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis posterior, yang
mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
6. Aldosteron
Berfungsi
sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus
ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan
konsentrasi kalium, natrium dan system angiotensin rennin
7. Prostaglandin
Merupakan
asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi merespons radang,
mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus, serta mengatur pergerakan
gastrointestul. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi
ginjal
8. Glukokortikoid
Berfungsi
mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah
meningkat sehingga terjadi retensi natrium
9. Mekanisme
rasa haus
Diatur
dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang pelepasan rennin
yang dapat menimbulkan produksi angiostensin II sehingga merangsang hipotalamus
untuk rasa haus
C. Cara
Perpindahan Cairan Tubuh
1. Defuse
Merupakan
bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara bebas dan
acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membrane.
Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui
membrane kapiler yang permeable.kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung
pada factor ukuran molekul, konsentrasi cairan dan temperature cairan. Zat
dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding molekul kecil. Molekul
kecil akan lebih mudah berpindah dari larutan dengan konsentrasi tinggi ke
larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan
mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.
2. Osmosi
Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui
membrane semipermeabel biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang
kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat. Solute adalah zat
pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang garam
adalah solute. Proses osmosis penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra
dan intra.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan
larutan dengan menggunakan satuan nol. Natrium dalam NaCl berperan penting
mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila terdapat tiga jenis larutan
garam dengan kepekatan berbeda dan didalamnya dimasukkan sel darah merah, maka
larutan yang mempunyai kepekatan yang sama akan seimbang dan berdifusi. Larutan
NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic karena larutan NaCl mempunyai
kepekatan yang sama dengan larutan dalam system vascular. Larutan isotonic
merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur.
Larutan hipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding larutan intrasel.
Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan dengan kepekatan
rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui membrane
semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan
berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah
volumenya.
3. Transport
aktif
Merupakan
gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini terutama penting untuk
mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel. Proses pengaturan
cairan dapat dipengaruhi oleh dua factor, yaitu:
a. Tekanan
cairan
Proses
difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotic juga
menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan kemampuan pastikel pelarut untuk menarik
larutan melalui membrane.
Bila
dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunyai konsentrasi
lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung (larutan disebut koloid).
Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan sama dan dapat bergabung (disebut
kristaloid). Contoh larutan kristaloid adalah larutan garam, tetapi dapat
menjadi koloid apabila protein bercampur dengan plasma. Secara normal,
perpindahan cairan menembus membrane sel permeable tidak terjadi. Prinsip
tekanan osmotic ini sangat penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya,
larutan yang sering digunakan dalam pemberian infuse intravena bersifat
isotonic karena mempunyai konsentrasi sama dengan plasma darah. Hal ini penting
untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. Larutan
intravena bersifat hipotonik, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang pekat
dibanding konsentrasi plasma darah. Tekanan osmotic plasma akan lebih besar
dibanding tekanan tekanan osmotic cairan interstisial karena konsentrasi
protein dalam plasma dan molekul protein lebih besar dibanding cairan
interstisial, sehingga membentuk larutan koloid dan sulit menembud membrane
semipermeabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang
bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting guna mengatur keseimbangan cairan
ekstra dan intrasel.
b. Membrane
semi permeable
Merupakan penyaring
agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran semipermeable
terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh
sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
D. Kebutuhan
Cairan Tubuh Bagi Manusia
Kebutuhan
cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis, yang
memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan
tubuh. Sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan, kategori
persentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah: bayi baru lahir 75% dari total
berat badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari
total berat badan dan dewasa tua 45% dari total berat badan. Persentase cairan
tubuh bervariasi, bergantung pada factor usia, lemak dalam tubuh dan jenis
kelamin. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding
pria karena pada wanita dewasa jumlah lemak dalam tubuh lebih banyak dibanding
pada pria. Kebutuhan air berdasarkan umur dan berat badan:
Umur Jumlah air dalam 24 jam
Fungsi ml/kg berat badan
3
hari 250-300 80-100
1
tahun 1150-1300 120-135
2
tahun 1350-1500 115-125
4
tahun 1600-1800 100-110
10
tahun 2000-2500 70-85
14
tahun 2200-2700 50-60
18
tahun 2200-2700 40-50
Dewasa 2400-2600 20-30
E. Pengaturan
Volume Cairan Tubuh
Keseimbangan cairan
dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan
jumlah cairan yang keluar.
1. Asupan
cairan
Asupan
(intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ± 2500 cc/hari.
Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain.
Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat
pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah
hipotalamus. Apabila terjadi ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana
asupan cairan kurang atau adanya pendarahan, maka curah jantung menurun,
menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah.
2. Pengeluaran
cairan
Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam
mengimbangi asupan cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ± 2300
cc. jumlah air yang paling banyak keluar dari eksresi ginjal (berupa urine),
sebanyak ± 1500 cc/hari pada orang dewasa. Hali ini dihubungkan dengan
banyaknya asupan melalui mulut. Asupan air melalui mulut dan pengeluaran air
melalui ginjal mudah diukur dan sering dilakukan dalam praktis klinis.
Pengeluaran cairan dapat pula dilakukan melalui kulit (berupa keringat) dan
saluran pencernaan (berupa feses). Pengeluaran cairan dapat pula dikategorikan
sebagai pengeluaran cairan yang tidak dapat diukur karena, khususnya pada
pasien luka bakar atau luka besar lainnya, jumlah pengeluaran cairan (melalui
penguapan) meningkat sehigga sulit untuk diukur. Pada kasus ini, bila volume
urine yang dikeluarkan kurang dari 500 cc/hari, diperlukan adanya perhatian
khusus.
Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan
memerlukan pengawasan asupan dan pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan
jumlah dan kecepatan pernapasan, demam, keringat dan diare dapat menyebabkan
kehilangan cairan secara berlebihan. Kondisi lain yang dapat menyebabkan
kehilangan cairan secara berlebihan adalah muntah secara terus menerus.
Hasil-hasil pengeluaran cairan:
a. Urine
Pembentukan urine
terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika urinaria (kandung kemih).
Proses ini merupakan proses pengeluaran cairan tubuh yang utama. Cairan dalam
ginjal disaring pada glomerulus dan dalam tubulus ginjal untuk kemudoan diserap
kembali ke dalam aliran darah. Hasil ekresi berupa urine. Jika terjadi
penurunan volume dalam sirkulasi darah, receptor atrium jantung kiri dan kanan
akan mengirimkan impuls ke otak, kemudian otak akan mengirimkan kembali ke
ginjal dan memproduksi ADH sehingga mempengaruhi pengeluaran urine.
b. Keringat
Terbentuk bila tubuh
menjadi panas akibat pengaruh suhu yang panas. Keringat banyak mengandung
garam, urea, asam laktat dan ion kalium. Banyaknya jumlah keringat yang keluar
akan mempengaruhi kadar natrium dalam plasma.
c. Fases
Feses yang keluar
mengandung air dan sisanya berbentuk padat. Pengeluaran air melalui feses
merupakan pengeluaran cairan yang paling sedikit jumlahnya. Jika cairan yang
keluar melalui feses jumlahnya berlebihan, maka dapat mengakibatkan tubuh
menjadi lemas. Jumlah rata-rata pengeluaran cairan melalui feses adalah 100
ml/hari.
F. Jenis
cairan
1. Cairan
nutrient
Pasien
yang istirahat ditempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori setiap harinya.
Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori ini dalam
bentuk karbohidrat, nitrogen dan vitamin yang penting untuk metabolisme. Kalori
dalam cairan nutrient dapat berkidar antara 200-1500/liter. Cairan nutrient
terdiri atas
a. Karbohidrat
dan air, contoh: dextrose (glukosa), levulose (fruktosa), invert sugar ( ½
dextrose dan ½ levulose).
b. Asam
amino, contoh: amigen, aminosol dan travamin.
c. Lemak,
contoh: lipomul dan liposyn.
2. Blood
volume expanders
Merupakan
bagian dari jenis cairan yang berfungsi menigkatkan volume pembuluh darah
setelah kehilangan darah atau plasma. Apabila keadaan darah sudah tidak sesuai,
misalnya pasien dalam kondisi pendarahan berat, maka pemberian plasma akan
mempertahankan jumlah volume darah. Pada pasien dengan luka bakar berat,
sejumlah besar cairan hilang dari pembuluh darah di daerah luka. Plasma sangat
perlu diberikan untuk menggantikan cairan ini. Jenis blood volume expanders
antara lain: human serum albumin dan dextran dengan konsentrasi yang berbeda.
Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotic, sehingga secara langsung dapat
meningkatkan jumlah volume darah.
G. Kebutuhan
Dan Pengaturan Elektrolit
1. Kebutuhan
elektrolit
Elektrolit
terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrient
dan sisa metabolism, seperti karbondioksida yang semuanya disebut dengan ion.
Beberapa jenis garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit.
Contohnya, NaCl akan dipecah menjadi ion Na+ dan Cl-. Pacahan elektrolit
tersebut merupakan ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Ion yang
bermuatan negative disebut anion dan ion bermuatan positif disebut kation.
Contoh kation ayitu natrium, kalium, kalsium dan magnesium. Sedangkan anion
contohnya klorida, bikarbonat dan fosfat. Komposisi elektrolit dalam plasma
adalah:
Natrium:
135-145 mEq/lt, Kalium: 3,5-5,3 mEq/lt, Kalsium: 4-5 mEq/lt, Magnesium: 1,5-2,5
mEq/lt, Klorida: 100-106 mEq/lt, Bikarbonat: 22-26 mEq/ltd an Fosfat: 2,5-4,5
mEq/lt.
Pengukuran
elektrolit dalam satuan miliequivalen per liter cairan tubuh atau milligram per
100 ml (mg/100 ml). Equivalen tersebut merupakan kombinasi kekuatan zat kimia
atau kation dan anion dalam molekul.
2. Pengaturan
elektrolit
a. Pengaturan
keseimbangan natrium
Pengaturan Keseimbangan
Natrium. Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi mengatur
osmolaritas dan volume cairan tubuh. Natrium paling banyak terdapat pada cairan
ekstrasel. Pengaturan konsentrasi cairan ekstrasel diatur oleh ADH dan
aldosteron. Aldosteron dihasilkan oleh korteks suprarenal dan berfungsi
mempertahankan keseimbangankonsentrasi natrium dalam plasma dan prosesnya
dibantu oleh ADH. ADH mengatur sejumlah air yang diserap kembali ke dalam
ginjal dari tubulus renalis. Aldosteron juga mengatur keseimbangan jumlah
natrium yang diserap kembali oleh darah. Natrium tidak hanya bergerak ke dalam
atau ke luar tubuh, tetapi juga mengatur keeseimbangan cairan tubuh. Eksresi
dari natrium dapat dilakukan melalui ginjal atau sebagian kecil melalui feses,
keringat dan air mata.
b. Pengaturan
keseimbangan kalium
Kalium
merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan berfungsi mengatur
keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan
mekanisme perubahan ion natrium dalam tubulsu ginjal dan sekresi aldosteron.
Aldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma
(cairan ekstrasel).
System
pengaturan keseimbangan kalium melalui 3 langkah yaitu: Peningkatan konsentrasi
kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan produksi aldosteron,
peningkatan jumlah aldosteron akan mempengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkan
melalui ginjal dan peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam
cairan ekstrasel menurun.
c. Pengaturan
keseimbangan kalsium
Kalsium dalam tubuh
berfungsi membentuk tulang, menghantarkan impuls kontraksi otot, koagulasi
(pembekuan) darah dan membantu beberapa enzim pancreas. Kalsium diekskresi
melalui urine dan keringat. Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur oleh hormone
paratiroid dalam reabsorpsi tulang. Jika kadar kalsium darah menurun, kelenjar
paratiroid akan merangsang pembentukan hormone paratiroid yang langsung
meningkatkan jumlah kalsium dalam darah.
d. Pengaturan
keseimbangan klorida
Klorida merupakan anion
utama dalam cairan ekstrasel, tetapi tidak dapat ditemukan pada cairan
ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium, yaitu
mempertahankan keseimbangan tekanan osmotic dalam darah. Hipokloremia merupakan
siatu keadaan kekurangan kadar klorida dalam darah, sedangkan hiperkloremia
merupakan kelebihan klor dalam darah. Normalnya, kadar klorida dalam darah pada
orang dewasa adalah 95-108 mEq/lt.
e. Pengaturan
keseimbangan magnesium
Magnesium merupakan
kation dalam tubuh, merupakan yang terpenting kedua dalam cairan intrasel.
Keseimbangannya diatur oleh kelenjar paratiroid. Magnesium diabsorpsi dari
saluran pencernaan. Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium.
Hipmagnesium terjadi bila konsentrasi serum turun menjadi < 1,5 mEq/ltd dan
hipermagnesium terjadi bila kadar magnesium serta seum meningkat menjadi >
2,5 mEq/lt.
f. Pengaturan
keseimbangan bikarbonat, Bikarbonat merupakan elektrolit utama larutan buffer
(penyangga) dalam tubuh.
g. Pengaturan
keseimbangan fosfat. Fosfat (PO4) bersama-sama dengan kalsium berfungsi
membentuk gigi dan tulang. Posfat diserap dari saluran pencernaan dan
dikeluarkan melalui urine.
H. Jenis
Cairan elektrolit
Cairan
elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan
tetap dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas cairan
isotonic, hipotonik dan hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal
saline yang banyak dipergunakan
Contoh
cairan elektrolit:
Cairan
Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl, Ca2+
Cairan
Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, Ca2+, HCO3
Cairan
Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, HCO3
I. Factor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
1. Usia,
Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas organ sehingga
dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
2. Temperature,
Temperature ayng tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui keringat
cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.
3. Diet,
tubuh akan memecah cadangan makanan yang tersimpan di dalamnya sehingga dalam
tubuh terjadi pergerakan cairan dari interstisial ke interseluler, yang dapat
berpengaruh pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan.
4. Stress,
Stress dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit melalui
proses peningkatan produksi ADH, karena proses ini dapat meningkatkan
metabolism sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat
menimbulkan retensi sodium dan air.
5. Sakit,
Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk memperbaiki
sel yang rusak tersebut dibutuhkan adanya proses pemenuhan kebutuhan cairan
yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan system dalam tubuh,
seperti ketidakseimbangan hormonal yang dapat mengganggu keseimbangan kebutuhan
cairan.
J. Masalah-Masalah
Pada Kebutuhan Cairan Dan Elektroli
1. Hipomelemi
atau dehidrasi
Kekurangan
cairan eksternal terjadi karena asupan cairan dan kelebihan pengeluaran cairan.
Tubuh akan merespons kekurangan cairan tubuh dengan mengosongkan cairan
vaskuler. Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan interstisial, tubuh akan
mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan ini terjadi pada pasien diare
dan muntah. Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal, yaitu:
a. Dehidrasi
isotonic, terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah cairan dan elektrolit secara
seimbang.
b. Dehidrasi
hipertonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak air daripada elektrolit
c. Dehidrasi
hipitonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak elektrolit daripada air
Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan menyebabkan volume ekstrasel berkurang (hipovolume) dan perubahan hematokrit. Pada keadaan dini, tidak terjadi perpindahan cairan daerah intrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika terjadi kekurangan cairan ekstrasel dalam waktu yang lama, kadar urea, nitrogen dan kreatinin meningkat dan menyebabkan perpindahan cairan intrasel ke pembuluh darah. Kekurangan cairan dalam tubuh dapat terjadi secara lambat atau cepat dan tidak delalu cepat diketahui. Kelebihan asupan pelarut seperti protein dan klorida/natrium akan menyebabkan ekskresi atau pengeluaran urine secara berlebihan serta berkeringat dalam waktu lama dan terus-menerus. Hal ini dapat terjadi pada pasien yang mengalami gangguan hipotalamus, kelenjar gondok, ginjal diare, muntah secara terus-menerus, pemasangan drainase dan lain-lain.
Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan menyebabkan volume ekstrasel berkurang (hipovolume) dan perubahan hematokrit. Pada keadaan dini, tidak terjadi perpindahan cairan daerah intrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika terjadi kekurangan cairan ekstrasel dalam waktu yang lama, kadar urea, nitrogen dan kreatinin meningkat dan menyebabkan perpindahan cairan intrasel ke pembuluh darah. Kekurangan cairan dalam tubuh dapat terjadi secara lambat atau cepat dan tidak delalu cepat diketahui. Kelebihan asupan pelarut seperti protein dan klorida/natrium akan menyebabkan ekskresi atau pengeluaran urine secara berlebihan serta berkeringat dalam waktu lama dan terus-menerus. Hal ini dapat terjadi pada pasien yang mengalami gangguan hipotalamus, kelenjar gondok, ginjal diare, muntah secara terus-menerus, pemasangan drainase dan lain-lain.
2. Hipervolume
atau Overhidrasi
Terdapat 2 manifestasi yang ditimbulkan akibat
kelebihan cairan yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema
(kelebihan cairan pada interstisial). Normalnya cairan interstisial tidak
terikat dengan air, tetapi elastic dan hanya terdapat diantara jaringan.
Pitting edema merupakan edema yang berada pada darah perifer atau akan
berbentuk cekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak, hal ini disebabkan
oleh perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan. Cairan dalam jaringan
yang edema tidak digerakkan ke permukaan lain dengan jari. Nonpitting edema
tidak menunjukkan tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering karena
infeksi dan trauma yang menyebabkan membekunya cairan pada permukaan jaringan.
Kelebihan cairan vascular meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan
cairan ke permukaan interstisial.
Edema anasarka adalah edema yang terdapat di seluruh
tubuh. Peningkatan tekanan hidrostatik yang sangat besar menekan sejumlah
cairan hingga ke membrane kapiler paru sehingga menyebabkan edema paru dan
dapat mengakibatkan kematian. Manifestasi edema paru adalah penumpukan sputum,
dispnea, batuk dan adanya suara napas ronnchi basah. Keadaan edema ini
disebabkan oleh gagal jantung sehingga dapat mengakibatkan peningkatan
penekanan pada kapiler darah paru dan perpindahan cairan ke jaringan paru.
Perawat harus melakukan observasi secara cermat bila memberikan cairan
intravena pada pasien yang mempunyai masalah jantung, sebab kelebihan cairan
pada kapiler paru terutama pada anak/bayi dan orang tua dapat membahayakan.
Pada anak, paru dan kapasitas vaskularnya kecil sehingga tidak mampu menampung
cairan dalam jumlah besar. Pada pasien tua, elastisitas pembuluh darah menurun
dan hanya mampu menampung sedikit cairan. Kelebihan cairan ekstrasel
dihubungkan dengan gagal jantung, sirosis hati dan kelainan ginjal.
Pada kelebihan ekstrasel, gejala yang sering
ditimbulkan adalah edema perifer (pitting edema), asites, kelopak mata
membengkak, suara napas ronchi basah, penambahan berat badan secara tidak
normal/sangat cepat dan nilai hematokrit pada umumnya normal, akan tetapi
menurun bila kelebihan cairan bersifat akut.
Masalah Kebutuhan Elektrolit
Masalah Kebutuhan Elektrolit
3. Hiiponatremia
Merupakan
suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan
adanya kadar natrium dalam plasma sebanyak < 135 mEq/lt, rasa haus
berlebihan, denyut nadi yang cepat, hipotensi konvulsi dan membrane mukosa
kering. Hiponatremia disebabkan oleh hilangnya cairan tubuh secara berlebihan,
misalya ketika tubuh mengalami diare yang berkepanjangan.
Hipernatremia.
Merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi, ditandai
dengan adanya mukosa kering, oliguri/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan
kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan, konvulsi, suhu
badan naik serta kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/lt. Kondisi ini
dapat disebabkan karena dehidrasi, diare, pemasukan air yang berlebihan
sementara asupan garam sedikit.
4. Hipokalemia
Merupakankondisi
kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kram
otot dankram perut, kejang, bingung,kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3
mEq/lt dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh
pengaruh pengangkatan kelenjar gondok serta kehilangan sejumlah kalsium karena
sekresi intestinal.
5. Hipokalsemia
Merupakankondisi
kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kram
otot dankram perut, kejang, bingung,kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3
mEq/lt dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh
pengaruh pengangkatan kelenjar gondok serta kehilangan sejumlah kalsium karena
sekresi intestinal.
6. Hiperkalsemia
Merupakan
suatu keadaan kelebihan kadar kalsium darah yang dapat terjadi pada pasien yang
mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan,
ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal,
mual-mual, koma dan kadar kalsium dalam plasma mencapai lebih dari 4,3 mEq/lt.
7. Hipomagnesia
Merupakan
kondisi kekurangan kadar magnesium dalam darah, ditandai dengan adanya
iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi,
disoriensi dan konvulasi. Kadar magnesium dalam darah mencapai kurang dari 1,3
mEq/lt.
8. Hipermagnesia
Merupakan
kondisi berlebihnya kadar magnesium dalam darah, ditandai dengan adanya koma,
gangguan pernapasan dan kadar magnesium mencapai lebih dari 2,5 mEq/lt.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi,
2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien, Jakarta: Salemba Medika
Hidayat,
A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
http://taharuddin.com/keseimbangan-cairan-dan-elektrolit.html
diakses pada Senin, 26 November 2012 pukul 15.00 WIB.
http://www.kapukonline.com/2012/09/Prosedur-Pemenuhan-Kebutuhan-Cairan-dan-Elektrolit.html
diakses pada Senin, 26 November 2012 pukul 15.00 WIB.
http://informasitips.com/kebutuhan-air-minum-cairan-untuk-manusia-per-hari
diakses pada Senin, 26 November 2012 pukul 15.00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar