BRONKOPNEUMONIA
A. Pengertian
Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru
( Betz C, 2002 )
Pneumonia adalah peradangan alveoli atau
pada parenchim paru yang terjadi pada anak. (Suriadi Yuliani, 2001)
Pneumonia adalah suatu peradangan paru
yang disebabkan oleh bermacam- macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan
benda asing (IKA, 2001)
Jadi bronkopnemonia adalah infeksi atau
peradangan pada jaringan paru terutama alveoli atau parenkim yang sering
menyerang pada anak - anak
B. Etiologi
Pneumonia bisa dikatakan sebagai komplikasi dari penyakit
yang lain ataupun sebagai penyakit yang terjadi karena etiologi di bawah ini
Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang dapat
menimbulkan pneumonia sedang timbulnya setelah ada faktor- faktor prsesipitasi
yang dapat menyebabkan timbulnya.
Y Bakteri
Organisme gram positif yang menyebabkan
pneumonia bakteri adalah steprokokus pneumonia, streptococcus aureus dan
streptococcus pyogenis.
Y Virus
Pneumonia virus merupakan tipe
pneumonia yang paling umum ini disebabkan oleh virus influenza yang menyebar
melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus yang merupakan sebagai penyebab
utama pneumonia virus.
Y Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur
seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora
dan biasanya ditemukan pada kotoran burung.
Y Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami
imunosupresi seperti pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada
penderita AIDS.
C. Manifestasi klinis
Y Pneumonia bakteri
Gejala awal :
-
Rinitis ringan
-
Anoreksia
-
Gelisah
Berlanjut sampai :
-
Demam
-
Malaise
-
Nafas cepat dan dangkal ( 50 – 80
)
-
Ekspirasi bebunyi
-
Lebih dari 5 tahun, sakit kepala
dan kedinginan
-
Kurang dari 2 tahun vomitus dan
diare ringan
-
Leukositosis
-
Foto thorak pneumonia lobar
Y Pneumonia virus
Gejala awal :
-
Batuk
-
Rinitis
Berkembang sampai
-
Demam ringan, batuk ringan, dan
malaise sampai demam tinggi, batuk hebat dan lesu
-
Emfisema obstruktif
-
Ronkhi basah
-
Penurunan leukosit
Y Pneumonia mikoplasma
Gejala awal :
-
Demam
-
Mengigil
-
Sakit kepala
-
Anoreksia
-
Mialgia
Berkembang menjadi :
-
Rinitis
-
Sakit tenggorokan
-
Batuk kering berdarah
-
Area konsolidasi pada pemeriksaan
thorak
D. Patofisiologi
Adanya gangguan pada terminal jalan nafas dan alveoli oleh
mikroorganisme patogen yaitu virus dan stapilococcus aurens, H. Influenza dan
streptococcus pneumoniae bakteri.
Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multipel
lobus. Terjadinya destruksi sel dengan menanggalkan debris celluler ke dalam
lumen yang mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan nafas.
Pada anak kondisi ini dapat akut maupun kronik misal pad
AIDS, Cystic Fibrosis, aspirasi benda asing dan congenital yang dapat
meningkatkan risiko pneumonia.
E. Pemeriksaan diagnostik
1. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status
pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk
mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung
jenis: digunakan untuk menetapkan adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal
anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk
mengesampingkan kemungkinan terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon
terhadap pengobatan
6. jumlah lekosit: terjadi lekositosis
pada pneumonia bakterial
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk
mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu
memperbaiki keadaan.
8. Spirometri statik digunakan untuk
mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti
virus
Pathway
F. Penatalaksanaan medis
§ Pengobatan supportive bila virus pneumonia
§ Bila kondisi berat harus dirawat
§ Berikan oksigen, fisiotherapi dada dan cairan intravena
§ Antibiotik sesuai dengan program
§ Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik
G. Penatalaksanaan perawatan
1. Pengkajian
-
Kaji status pernafasan
-
Kaji tanda- tanda distress
pernafasan
-
Kaji adanya demam, tachicardia,
malaise, anoreksia, kegeisahan
2. Diagnosa keperawatan
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan penumpukan sekret di jalan nafas
2.
Gangguan petukaran gas berhubungan
dengan meningkatnya sekresi dan akumulasi exudat
3.
Risiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan tachipnea
4.
Risiko tinggi terjadi infeksi
berhubungan dengan tindakan invasif pemasangan infus
5.
Risiko tinggi terjadi kerussakan
integritas kulit berhubungan dengan bed rest total
6.
Risiko tinggi terjadi cedera
berhubungandengan kejang
3. Perencanaan
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan penumpukan sekret di
jalan nafas
Tujuan: setelah
dilaksakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam jalan nafas menjadi bersih
Kriteria:
-
Suara nafas bersih tidak ada
ronkhi atau rales, wheezing
-
Sekret di jalan nafas bersih
-
Cuping hidung tidak ada
-
Tidak ada sianosis
Intervensi:
-
Kaji status pernafasan tiap 2 jam
meliputi respiratory rate, penggunaan otot bantu nafas, warna kulit
-
Lakukan suction jika terdapat
sekret di jalan nafas
-
Posisikan kepala lebih tinggi
-
Lakukan postural drainage
-
Kolaborasi dengan fisiotherapist
untuk melaakukan fisiotherapi dada
-
Jaga humidifasi oksigen yang masuk
-
Gunakan tehnik aseptik dalam
penghisapan lendir
2.
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan adanya penumpukan cairan di alveoli paru
Tujuan: setelah dilaksakan asuhan keperawatan
selama 3 x 24 jam pertukaran gas dalam alveoli adekuat.
Kriteria:
-
Akral hangat
-
Tidak ada tanda sianosis
-
Tidak ada hipoksia jaringan
-
Saturasi oksigen perifer 90%
Intervensi:
-
Pertahankan kepatenan jalan nafas
-
Keluarkan lendir jika ada dalam
jalan nafas
-
Periksa kelancaran aliran oksigen
5-6 liter per menit
-
Konsul dokter jaga jika ada tanda
hipoksia/ sianosis
-
Awasi tingkat kesadaran klien
3.
Risiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan tachipnea
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x
24 jam tidak terjadi kekurangan volume cairan.
Kriteria hasil:
-
Tidak ada tanda dehidrasi
-
Suhu tubuh normal 36,5-37 0C
-
Kelopak mata tidak cekung
-
Turgor kulit baik
-
Akral hangat
Intervensi:
-
Kaji adanya tanda dehidrasi
-
Jaga kelancaran aliran infus
-
Periksa adanya tromboplebitis
-
Pantau tanda vital tiap 6 jam
-
Lakukan kompres dingin jika
terdapat hipertermia suhu diatas 38 C
-
Pantau balance cairan
-
Berikan nutrisi sesuai diit
-
Awasi turgor kulit
4.
Risiko tinggi terjadi infeksi
berhubungan dengan tindakan invasif pemasangan infus
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x
24 jam tidak terjadi infeksi akibat pemasangan infus.
Kriteria hasil:
-
Aliran infus lancar
-
Tidak ada tanda infeksi pada
tempat pemasangan infus
-
Suhu tubuh dalam batas normal
-
Tidak ada tromboplebitis
Intervensi:
-
Awasi adanya tanda- tanda infeksi
pada tempat pemasangan infus
-
Jaga kelancaran aliran infus
-
Jaga kenbersihan tempat pemasangan
infus
-
Jaga tempat pemasangan infus tetap
kering
-
Tutup tempat pemasangan infus
dengankasa betadin
-
Ganti lokasi pemasangan infus tiap
3 x 24 jam
5.
Risiko tinggi terjadi kerussakan
integritas kulit berhubungan dengan bed rest total
Tujuan: seletah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x
24 jam tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Kriteria hasil:
-
Tidak terdapat luka dekubitus pda
lokasi yang tertekan
-
Warna kulit daerah tertekan tidak
hipoksia, kemerahan
Intervensi:
-
Lakukan massage pada kulit
tertekan
-
Monitor adanya luka dekubitus
-
Jaga kulit tetap kering
-
Berikan kamfer spiritus pada
punggung dan daerah tertekan
-
Jaga kebersihan dan kekencangan
linen
6.
Risiko tinggi terjadi cedera
berhubungandengan kejang
Tujuan: setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi injuri akibat kejang
Kriteria hasil:
-
Tidak ada injuri pada bagian tubuh
jika terjadi kejang
-
Orang tua selalu mengawasi
disamping anaknya
-
Orang tua melapor jika terjadi
kejang
-
Tempat tidur terpasang pengaman
Intervensi:
-
Pasang pengaman di sisi tempat
tidur
-
Anjurkan orang tua untuk melapor
jika terjadi kejang
-
Siapkan sudip lidah/ pasang pada
mulut pasien
-
Kolaborasi berikan anti kejang
luminal dan diazepam
-
Berikan obat sesuai program
-
Awasi adanya kejang tiap 15 menit
sekali
Daftar
pustaka
- Suriadi, Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto;2001
- Staf Pengajar FKUI. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 3. Jakarta:
- Infomedika;2000
- Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC; 1997
- Betz & Sowden. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC;2002
- Wong and Whaley. ( 1995 ). Clinical Manual of Pediatric Nursing. Philadelphia:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar