Senin, 24 Desember 2012

ADDISON DISEASE

Hipersekresi Growth Hormon

PP SIROSIS HEPATIS

MAKALAH SIROSIS HEPATIS

PPT SINDROM CUSHING

MAKALAH SINDROM CUSHING

PPT HIPERTIROIDISME

MAKALAH HIPERTIROIDISME

PPT ATRITIS REUMATOID PADA LANSIA

MAKALAH ATRITIS REUMATOID PADA LANSIA

MAKALAH TB

LEAFLEAT TB

PPT TB PARU

Sabtu, 22 Desember 2012

ASKEP GANGGUAN PENDENGARAN

ASKEP GLAUKOMA

MAKALAH TERAPI OTOT PROGRESIF

REFLEK PRIMITF PADA BAYI BARU LAHIR

PPT FRAKTUR

MAKALAH FRAKTUR

MAKALAH ATRHITIS RHEMATOID

PPT OSTEOMIELITIS

MAKALAH OSTEOMIELITIS

MAKALAH ABLASIO RETINA

MAKALAH MIOPI

FILSAFAT SEBAGAI ILMU

FILSAFAT PENGETAHUAN

SISTEMATIKA FILSAFAT

ANTROPOLOGI

DASAR-DASAR LOGIKA FILSAFAT DAN ATROPOLOGI

FILSAFAT DAN ANTROPOLOGI

FILSAFAT DAN ANTROPOLOGI

ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

ETIKA DAN HUKUM KEPERAWATAN

Jumat, 22 Juni 2012

Dimensi Psikologis Kesehatan Mental


Dimensi Psikologis Kesehatan Mental

Aspek psikis manusia pada dasarnya merupakan suatu kesatuan dengan system biologis.Karena itulah aspek psikis tidak dapat dipisahkan dari aspek yang lain dalam melihat manusia.
Ada beberapa aspek psikis yang turut berpengaruh terhadap kesehatan mental ,yaitu pengalaman awal,proses pembelajaran ,kebutuhan ,dan factor psikologis lain.

A. Pengalaman awal
     
    Pengalaman awal merupakan segenap pengalaman-pengalaman yang terjadi pada individu terutama yang terjadi di masa lalunya.pengalaman masa lalunya menentukan bagi kondisi mental individu di kemudian hari.    Beberapa ahli yang memandang bahwa pengalaman awal sangat berpengaruh terhadap kondisi mental itu adalah Sigmund freud,Erik H.Erikson ,dan jhon Bowlby.

  1. Psikoanalisis    Teori Psikoanalisis di kemukakan oleh Sigmund freud.bahwa kepribadian manusia terdiri dari tiga elemen yang berinteraksi secara dinamis.ketiga elemen itu adalah id,ego,dan super ego.    Id adalah subsistem kepribadian yang asli yang dimiliki individu sejak lahir ,karna itu biasanya disebut sebagai subsistem kepribadian yang primitive.freud berpandangan bahwa kerja id adalah atas dasar prinsip kenikmatan (pleasure principles) .tempat id ini pada bagian ketidak sadaran (unconscious) dan secara langsung berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang tanpa disadari.  Super ego adalah bagian lain dari struktur kepribadian.lawan dari id ,yaitu bagian dari struktur kpribadian yang di kembangakan dari kebudayaan ,nilai-nilai social,dan proses pendidikan dari orang tua.super ego terbentuk karna adanya interaksi dengan lingkungan sosianya.super ego selalu berada pada tingkat kesadaran(conscious) dan dapat pula berada pada ambang sadar (preconsiousness).terbentuk sejak anak-anak dan terus berkembang hingga dewasa.    Ego merupakan bagian dari struktur kepribadian yang jg penting bagi kepribadian manusia.ego merupakan mediator antara dorongan-dorongan biologis yang dating dari id dengan tuntutan moral dari super ego.prinsip kerja ego adalah realitas.ego ini mengendalikan tuntutan instinktif dan pertimbangan moral.    Saat id bekerja,ego mulai berfungsi .namun tidak semua kebutuhan dan keinginan dari id dapat langsung di penuhi ,ada factor super ego yang berfungsi sebagai koode moral selalu mengendalikan dorongan dorongan itu.egolah yang membuat keputusan terhadap perilaku individu ,apakah melakukan sebagaimana dorongan nya atau menolak dorongannya sejalan dengan super egonya,atau kompromi-kompromi di antara keduanya.    Seseorang yang terlalu lemah atau terlalu kuat egonya di pengaruhi oleh id.sementara jika terlalu kuat pengaruh superegonya maka akan cennderung menghlang-halangi pemenuhan keinginan-keinginan instinknya.namun jika egonya sangat kuat ,maka akan membuat keputusan yang rasional dan realistic.    Menurut freud ada tiga macam kecemasan yang mungkin terjadi yang kecemasan neoritik (neurotic anxiety),kecemasan realitas (reality anxiety).dan kecemasan moral (moral anxiety)   Kecemasan neoritik yaitu kecemasan individu akibat khawatir tidak mengatasi atau menekan keinginan primitifnya.kecemasan realitas adalah kecemasan yang terjadi akibat ketakutannya menghadapi realitas,dan kecemasan moral adalah kecemasan akibat rasa bersalah dan ketakutan dihukum oleh nilai-nilai yang ada pada nalurinya.   Untuk menghindari kecemasan itu ,kemudian individu berusaha menghindarinya.caranya menggunakanmekanismepertahanandiri.yaiturepresi,proyeksi,reaksiformasi,fiksasi,regresi,penolakan,rasionalisasi,salah sasaran,dan introjeksi.simptom2 itu dapat berkembang menjadi gangguan bgi individu jika dipertahankan terus menerus.    Lemah ego bgi individu sangat berkaitan dengan pembentukan awal.pembentukan awal yang kurang tepat membuat anak tidak dapat memiliki cara penanganan yang tepat terhadap masaalah yang dihadapi dan dapat berakibat gangguan mental bagi anak.
  2. Epigenetik    Erik H. Erikson mengenalkan konsep perkembangan manusia yang terjadi dari tahap satu ke tahap berikutnya secara epigenetic.epigenetik artinya:proses pertumbuhan organisme janin,langkah demi langkah,dan pertumbuhan setiap bagian organ itu muncul pada saat yang paling tepat bagi organ itu.    Manusia itu tidak saja tumbuh secara biologis tetapi jg secara psikologis.sejalan dengan prinsip ini ada delapan tahapan perkembangan yang secara berurutan di lalui.pada setiap perkembangan tertentu dapat psikologis yang selalu bertentangan.di satu sisi menggambarkan kepribadian yang berhasil disisi lain adalah kutub kepribadian karna kegagalan .
    Delapan kutub kepribadian itu adalah:1.       Kepercayaan dasar lawan ketidakpercayaan dasar.2.       Otonomi lawan rasa malu3.       Inisiatif lawan rasa bersalah4.       Ketekunan lawan rasa rendah diri5.       Identitas lawan kebimbangan6.       Keakraban lawan keterasingan7.       Generalitas lawan stagnasi8.       Intergritas lawan keputusasaan
  • Tahap 1: Kepercayaan vs KetidakpercayaanKepercayaan diperoleh pada masa bayi ,yang berarti bayi mempercayai kontak dengan ibunya atau pengasuh dekatnya.jika sepanjang masa ini dia ternyata tidak pernah kontak dengan ibunya maka akan muncul perasaan tidak percaya dan menarik diri.
  • Tahap 2: Otonomi vs Rasa maluAnak mulai belajar mengembangkan otonominya sebagai pribadi yang lepas dari pihak lain,anak mencoba mengembangkan tindakannya sesuai otonominya sendiri.kalau anak mampu mengembangkan tindakannya sesuai dengan dikehendakinya sendiri akan menghasilkan otonomi,tapi jika harus mengikuti kehendak orang tuanya maka menimbulkan rasa malu atau ragu-ragu.
  • Tahap 3: inisiatif vs rasa bersalahAnak mulai bertanya-tanya kejadian lingkungannya dan memcoba pengalaman baru,Bantuan dan bimbingan orang tua untuk mengembangkan  “daya jelajah” anak akan menimbulkan rasa inisiatif,sedangkan hukuman dan perlakuan yang tidak tepat dari orang tua akan menghasilkan rasa bersalah.pada masa ini ego terbentuk ,”aku adalah apa yang dapat saya rencanakan’
  • Tahap 4: Ketekunan vs Rasa rendah diriAnak mulai belajar di sekolah.selain belajar pengetahuan baru jg mengembangkan keterampilannya yang dapat di akui secara umum.jika dalam perkembangan ini dapat tekun ,berhasil dan memperoleh penghargaan dari guru dan temannya ,akan terbentuk rasa ketekunan ,sebaliknya jika memperoleh reaksi yang sebaliknya dari lingkungan sosialnya akan berakibat rasa rendah diri.
  • Tahap 5: Identitas vs Kebingungan PeranYang sangat penting bagi remaja adalah pencarian identitasnya.remaja yang dapat menemukan identitasnya dirinya serta memiliki peran yang baik akan mencapai tingkat identitas yang mantap,sementara jika tidak mencapai berakhir dengan rasa kebimbangan peran.
  • Tahap 6: Keintiman vs IsolasiOrang yang memiliki identitas mantap memiliki kecenderungan memiliki keintiman yang baik di bandingkan dengan yang kebingungan peran.orang yang berhasil membangun relasi akan membentuk kepribadian yang memiliki rasa intim ,sebaliknya jika tidak mampu membangun relasi intim akan menghasilkan rasa terisolasi.
  • Tahap 7: generative vs stagnasiOrang dewasa mulai mengembangkan usahanya secara produktif .di keluarganya mulai mendidik anak ,di dunia kerja jg berada di puncak “kemampuan kerja” .mereka yang berhasil cara hidup yang baik akan menimbulkan rasa generative ,sementara yang gagal akan merasa stagnasi.
  • Tahap 8: Integritas vs KeputusasaanJika pada fase-fase sebelumnya berhasil akan dan dapat menerima siklus serta lingkungannya maka akan mencapai integritas.jika menolak pengalaman dan perjalanan hidupnya akan merasa keputusasaan.Jadi kedelapan tahap perkembangan itu sekaligus sebagai fase krisis .kegagalan dalam menyelesaikan fase krisisnya akan menimbulkan hambatan dan gangguan mental bagi seseorang .


    3.  Ikatan Orang Tua dan Anak
        Bowly (1961)mengemukakan bahwa kelekatan anak tertuju pada ibunya,dan hingga usia tiga tahun ,kelekatan anak kepada ibunya sangat kuat ,dan setelah itu mulai berkurang.namun demikian ,hingga usia enam tahun ,figure ibu tetap penting bagi anak.   Kelekatan anak kepada vigur ibu dapat di katakan sebagai sebuah kebutuhan dan sama pentingnya dengan kebutuhan makan dan minum.secara fisisk-biologis ,kelekatan anak kepada figure ibu dapat menghindari dari bahaya yang mengancamnya:secara social,sebagai wahana belajar membangun ikatan dengan orang lain dan melekat kepada ibu merupakan pengalaman pertamanya:sedangkan secara emosional kelekatan dapat menghilangkan kecemasan dan ketakutan terhadap lingkungan baru(Tomlinson-keasey,1985)    Bowly (1961-1980) mengemukakan bahwa semenjak masa bayi perilaku lekat ini tertuju pada ibu sebagai pusat figurnya .meskipun ada jg yang melekat pada ayah atau kakek neneknya ,anak cenderung memeilih kepada ibunya.jadi kelekatan anak bersifat tunggal ,karna itu bowly berpandangan peran ibu tidak dapat di gantikan dengan orang lain.   Pandangan bahwa kelekatan anak bersifat jamak kini telah diperluas lagi.kelekatan itu jg terjadi  tidak hanya secara vertical yaitu anak melekat kepada orang yang di anggaplebih tua seperti orang tua,pengasuh dan guru,tetapi dapat pula terjadi secara  horizontal seperti sebayanya.hal ini menunjukan nahwa kelekatan anak kepada orang lain,khususnya figure lekatnya dipengaruhi oleh factor tertentu ,misalnya perkembangan kognisi anak ,kemampuan komunikasi dengan orang-orang terdekatnya atau orang lain yang di anggap dapat bertindak sebagai pemberi ganjaran yang bersifat sekunder    Hubungan anak dengan figure khususnya hanya dapat dibentuk melalui proses hubungan khusus.karna itu ,tidak semua anak mendapatkan hubungan yang khusus ini dari ibu atau penggantinya.banyak factor yang menghambat pembentukan hubungan khusus ini diantaranya yaitu:1. Factor budaya seperti kedua orang tua di luar rumah (klein,1985)kebiasaan pengasuhan kolektiv (rabin,1964)2. Factor personal seperti ibu yang menderita psikosis (kumar dan brockington,1982)ketidakpekaan memberi respon3.  Factor-faktor social seperti kemiskinan4.  Dan,factor emosional seperti salah dalam memperlakukan anak (maltreatment)dan penolakan orang tua terhadap anak.

    Kondisi-kondisi ini beresiko tinggi bagi pembentukan hubungan anak dengan orang tua dan dapat menimbulkan masalah bagi kelekatan anak.Kegagalan  kelekatan anak kepada figure ibu bukan persoalan sederhana .bowly (1961) mengemukakan bahwa tiadanya ibu secara permanen berakibat problem psikistris yang berat dan dapat menimbulkan rasa duka (mourning)bagi anak.anak di tinggalkan ibunya sebelum usia 6 tahun menunjukan perilaku protes ,despair dan yang lebih berat lagi munculnya perilaku detachment,yaitu tidak ada kelekatan dengan ibunya
B. Proses Pembelajaran
                Perilaku manusia sebagian besar adalah hasil belajar ,yaitu hasil pelatihan atau pengalaman.karna itu factor lingkungan anak sangat menentukan mentalitas individu.
                Terdapat tiga saluran belajar yaitu;
1.       Belajar dengan asosiasi
2.       Belajar dengan konsekuensi
3.       Belajar dengan mencontoh

1.belajar dengan asosiasi

   Belajar dengan asosiasi biasanya di sebut classical conditioning di kemukakan oleh Pavlov.”sangatlah penting hubungan organisme dengan lingkungan.atas dasar ini menurut Pavlov terdapat dua hal penting yang perlu memperoleh perhatian yaitu:
·      Organism selalu berinteraksi dengan lingkungan dan
·      Dalam interaksi itu organism di lengkapi dengan reflex.


   Lingkungan menurut Pavlov merupakan suatu stimulus bagi terbentuknya tingkah laku tertentu.berdasarkan penelitiannya terhadap anjing yang di beri serbuk daging di klasifikasikan terdapat dua jenis lingkungan yaitu unconditioning stimulus (cs).cs adalah lingkungan yang secara natural menimbulkan respon tertentu yang disebutnya sebagai unconditioning response (ucr)sedangkan cs tidak otomatis menimbulkan respon bagi individu ,kecuali ada pengkondisian tertentu dan respon yang terjadi akibat pengkondisian cs disebut conditioning response (cr)
    Eksperimen yang dilakukan oleh Pavlov ini sekaligus di gunakan untuk menjelaskan pembentukan perilaku pada manusia ,misalnya gangguan neurosis khususnya gangguan kecemasan dan phobia banyak terjadi karna factor adanya asosiasi antara stimulus ,yang sebelumnya netral dengan respon individu.
Pembentukan secara asosiativ ini selain pada pembentukan tingkah laku yang neorologis ,juga pada tingkah laku yang normal.misalnya perilaku rajin belajar jg dapat terbentuk karna adanya asosiasi s-R

2. Belajar dengan konsekuensi

   Belajar dengan konsekuensi di kemukakan oleh skinner.menurut skinner ,perilaku individu terbentuk atau di pertahankan sangat ditentukan oleh konsekuensi yang menyertainya.
   Skinner melakukan penelitian terhadap tikus .respon tertentu yang memperoleh ganjaran berupa makanan ternyata di ulangi ,sementara yang tidak mendapat ganjaran perilaku tidak di ulangi .dalam eksperimen itu di temukan bahwa perilaku-perilaku yang memperoleh ganjaran itu tidak hanya di ulang tapi frekuensi responnya cenderung meningkat.
      Gangguan kepribadian antisocial dan perilaku destruktif dapat terjadi dan di pertahankan oleh individu di antaranya karena memperoleh ganjaran dari lingkungannya.peruban perilaku ini dapat terjadi jika individu memperoleh ganjaran dan di berikan secara tepat terhadap perilaku yang diharapkan dan hukuman yang diberikan terhadap perilaku yang tidak di harapkan.
  3. Belajar Dengan Mencontoh
        Bandura mengemukakan teori social learning setelah melakukan penelitian terhadap perilaku agresif  di kalangan anak-anak.menurutnya anak-anak berperilaku agresif setelah mencontoh perilaku modelnya.mencontoh itu dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung .gangguan penggunaan zat adiktif dan perilaku anti social merupakan bagian dari gangguan mental yang dapat terbentuk karna melalui proses imitasi.
c. Kebutuhan
     maslov (1964) beranggapan bahwa motivasi seseorang dibentuk melalui kebutuhan-kebutuhan dasarnya yang tersusun secara hierearki.kebutuhan itu secara berturut-turut adalah kebutuhan biologis ,kebutuhan rasa aman ,kebutuhan dicintai, kebutuhan harga diri,kebutuhan pengetahuan ,kebutuhan keindahan,kebutuhan aktualisasi diri.kebutuhan ini dapat mendorong orang berbuat jika kebutuhan pada jenjang dibawahnya sudah terpenuhi.karna itu pemenuhan pada hieraki yang mendasar lebih di utamakan di banding kebutuhan pada jenjang yang lebih tinggi.
     Dalam berbagai study yg di lakukan maslow di temukan bahwa orang-orang yang mengalami gangguan mental ,khususnya menderita neorosis di sebabakan oleh ketidak mampuan individu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.karna itu maslow menyatakan bahwa penyakit mental apapun namanya merupakan penyakit defisiensi yaitu ketidakmampuan indifidu mengenali serta memuaskan kebutuhan-kebutuhannya.
       Bagi maslow ,pemenuhan kebutuhan2 merupakan factor penting bagi kesehatan mental seseorang,yang salah satu cirinya adalah persepsinya yang realistic terhadap semesta.
D. Kondisi Psikologis Lain
                Kondisi psikologis yang lain di antaranya temperamen ,ketahanan terhadap stressor,kemampuan kognitif ,adalah factor-faktor yang turut berpengaruh terhadap kesehatan mental.pada faktor2 psikologis ini pada setiap orang berbeda .faktor2 itu dapat menjadi potensi yang dapat meningkatkan kesehatan mental seseorang dapat pula menjadi hambatan kesehatan mental.

E. Kesimpulan
        Factor psikologis merupakan salah satu dimensi yang turut mempengaruhi kesehatan mental seseorang .faktor2 psikologis itu diantaranya adalah pengalaman awal,proses pembelajaran,kebutuhan,dan kondisi psikologis lainnya.
  Terdapat sejumlah gangguan mental yang di kaitkan dengan dimensi psikologis ini ,gangguan kecemasan,gangguan afeksi,gangguan perilaku lainnya selalu dihubungkan dgn kondisi2 psikologis yang didapatkan oleh individu.kondisi psikologis yang kurang baik akan berakibat jelek bagi kesehatan mental ,sementara kondisi psikologis yang baik akan memperkuat kesehatan mentalnya.


Senin, 04 Juni 2012

PRAKTEK PERAWATAN PAYUDURU IBU POST PARTUM

PERAWATAN PAYUDURU IBU POST PARTUM

PERSIAPAN ALAT
ara

  • Kapas / Kasa
  • Kom
  • Handuk besar 2 buah
  • Minyak kelapa 10 cc dalam tempatnya  (baby oil)
  • Waslap 2 buah
  • Pompa payudara dan botol susu
  • Air dingin dan air hangat dalam waskom
  • Handuk kecil
TUJUAN :
  • Memperlancar sirkulasi dara
  • Mencega terjadinya bendungan ASI
PROSEDUR KERJA :
  1. Ucapkan salam
  2. CIptakan suasana membantu dan menyenangkan
  3. Dengan sopan persilakan ibu untuk mengatur posisi
  4. Membuka pakian ibu sendiri atau dengan bantuan
  5. Menyampaikan tujuan perawatan payudara
  6. Alat-alat didekatkan pada ibu
  7. Cuci tangan
  8. Membersihkan puting susu  : Kasa direndam dengan air lalu puting susu dibersihkan dengan kasa yang basah kemudian keringkan dengan handuk, lakukan sebelum dan sesudah menyusui
  9. Pengurutan / Message payudara :
  • Satu handuk diletakkan di punggung dan satu handuk diletakkan di bawah payudara ibu / diatas    daerah paha
  • Kedua telapak tangan diberi minyak
  • Payudara kiri diurut dengan tangan kiri dan payudara kanan diurut dengan tangan kana (jika ibu melaksakan sendiri), jika dilakukan perawat payudara kiri di urut dengan tangan kiri dan payudara kanan di urut dengan tangan kanan, dengan cara pengurutan dari tengah diputar kesamping terus kebawah secara perlahan dan halus serta observasi reaksi dari ibu dan pengeluaran ASI. Ini dilakukan 10-15 kali
  • Tangan kiri menopang atau menyangga payudara, lakukan pengururtan dengan bagian pinggir telapak tangan kanan mulai dari pangkal sampai areola mammae, selanjutnya tangan kanan menopang atau menyangga payudara kiri dan lakukan pengurutan dengan bagian pinggir telapak tangan kiri mulai dari pangkal sampai areola. Ini dalkukan 10-15 kali
  • Posisi sama denagan pengururtan yang pertama, pengurutan dilakukan dengan mengunakan ruas jari tangan. Ini dilakukan 10-15 kali
  • Lakukan mandi air hangat dengan mengunakan waslap. Usap kedua payudara lakukan 10 kali secara bergantian dan akhiri dengan air dingin.
  • Payu dara dikeringkan/lap dengan handuk yang ada di punggung
  • Handuk didaerah punggung dan dibawah payudara di lipat dan alat-alat dibersihkan dan dibereskan
  • Anjurkan ibu memakai baju sendiri atau dibantu oleh perawat
  • Cuci tangan

Selasa, 29 Mei 2012

PRAKTEK SENAM IBU POST PERTUM (NIFAS)

SENAM IBU POST PERTUM (NIFAS)

TUJUAN :

  • Memperkuat otot-otot disekitar organ reproduksi
  • Membantu mencegah proplaps  uteri
  • Mempercepat pemulihan kondisi ibu setelah melahirkan seperti semula
  • Mencegah timbulnya komplikasi
WAKTU PELAKSANAAN :
 Segara setelah melahirkan (tidak ada komplikasi)

PROSEDUR LATIHAN :
  1. Hari pertama : sikap tubuh terlentang dan rileks, kemudian lakukan pernafasan perut di awali dengan mengambil nafas melalui hidung dan tahan 3 detik kemudian melalui mulut, lakukan 5-10 kali.
    Rasional : 
    Setelah melahirkan peredaran darah dan pernafasanbelum kemmbali normal. Latihan pernafasan ini ditunjukan untuk mempelancar peredaran darah dan pernafasan. Seluruh organ-organ tubuh akan teroksigenasi dengan baik sehingga hal ini juga akan membantu proses pemulihan tubuh.
  2. Hari kedua : sikap tubuh terlentang, kedua tangan dibuka lebar hingga sejajar dengan bahu kemudian pertemukan kedua tangan tersebut tepat diatas muka. Lakukan 5-10 kali.
    Rasional :
    Latihan ini ditunjukanuntuk memulihkan dan menguatkan kembali otot lengan.
  3. Hari ketiga : sikap tubuh terlentang, kedua kaki agak dibengkokkan sehingga kedua telapak kaki ada dibawah. Lalu angkat pantat ibu dan tahan sampai hitungan ketiga lalu turunkan pantat keposisi semula. Ulangi 5-10 kali.
    Rasional :
    Latihan ini ditunjukan untuk menguatkan otot-otot dasar paggul yang sebelumnya otot-otot ini bekerja dengan keras selama kehamilan dan persalinan.
  4. Hari keempat : tidur terlentang dan kaki ditekuk 45 derajat, kemudian salah satu tangan memegang perut setelah itu anjurkan ibu mengagkat tubuh ibu lebih kurang 45 derajat dan tahan hingga hitungan ketiga.
    Rasional :
    Latihan ini ditunjukan untuk pemulihan dan menguatkan kembali otot punggung.
  5. Hari kelima : tidur terlentang, salah satu kaki ditekuk lebih kurang 45 derajat kemudian angkat tubuh dan tanagan yang bersebrangan dengan kaki ditekuk usahakan tangan menyentuh lutut. Gerakan ini dilakukan secara bergantian hingga 5 kali.
    Rasional :
    Latihan ini bertujuan untuk melatih sekaligus otot-otot tubuh diantaranya otot-otot punggung, otot-otot bagian perut, dan otot-otot paha.
  6. Hari keenam : sikap tubuh terlentang, kemudian tarik kaki sehingga paha membentuk 90 derajat lakukan secara bergantian sehingga 5 kali
    Rasional :
    Latihan ini ditunjukan untuk menguatkan otot-otot dikaki yang selam kehamilan menyangga beban yang berat. Selain itu untuk memperlancar sirkulasi didaerah kaki sehingga mengurangi resiko edema kaki.

PRAKTEK ORAL HIGIENE

PRAKTEK ORAL HIGIENE

A. Pengertian
     Penyakit gigi merupakan penyebab umum dari kesehatan yang buruk. Keadaan ini merupakan penyebab umum dari sebagian besar nyeri dan perasaan tidak nyaman pada anak, demikian juga menimbulkan ketidakmampuan dan cacat. Karena penyakit gigi dapat dicegah, maka penting untuk melihat area dimana perawat dapat berperan dalam merawat gigi klien anak.
    Perawat gigi dan mulut pada masa balita dan anak teryata cukup menentukan kesehatan gigi dan mulut mereka pada tinggkatan usia selanjutnya. Beberapa penyakit gig dan mulut dapat mereka alami jika perawatan tidak dilakukan dengan baik. Diantar5anya caries (lubang pada permukaan gigi), gingivitis (radang gusi), atau sariawan.
      Oral hygiene merupakan tindakan membersihkan mulut sekaligus organ-organ yang ada didalamnya (gigi, lidah, platum, platum molle) pada anak maupun bayi, baik dikomunitas maupun pada anak yang sedang di rawat di rumah sakit.

B. Indikasi
  • Untuk anak/bayi yang berada di komunitas : orang tua di anajurkan untuk merawat kebersihan mulut dan gigi anak/bayinya sedini mungkin dengan mengajarkan menyikat gigi secara teratur dengan memakai sikat gigi yag sesuai dengan umur anak dan memakai pasta gigi khusus untuk anak.
  • Untuk anak yang dirawat di rumah sakit : perawatan yang sama harus diberikan bagi anak di ars, terutama bagi anak yang menjalani tirah baring lama atau tidak sadar setelah menjalani oprasi.
C. Kontraindikasi
  • Anak dengan post operasi labiopalatokizis
  • Anak dengan resiko aspirasi
D. Tujuan
     Oral hygiene bertujuan untuk mencegah kerusakan pada gigi yang merupakan salah satu masalah utama pada anak-anak.

E. Persiapan alat
    1. Menggosok Gigi
  • Baki yang sudah dialasi
  • Sikat gigi kecil dengan buluh lebut, tangkai lurus
  • Pasta gigi berflouride khusus anak
  • Gelas berisi air hangat
  • Cairan pembilas berisi air hangat
  • Handuk kecil atau kain pengalas
  • Baskom
  • Bengkok
  • Sarung tangan
    2. Oral Hygiene
  • Baki yang sudah dialasi
  • Kapas lidi
  • Kom berisis NaCL 0,9%
  • Cairan pembilas yang mengandung antiseptic
  • Spatel
  • Kain kasa
  • Bengkok
  • Sarung tangan
F. Prosedur Kerja
  1. Pengkajian
   1. Mengidentifikasi klien
  • Cek perencanaan keperawatan
  • Kaji kesadaran klien
  • Kaji kemampuan klien
  • Kaji kerjasama klien
  • Kaji kerjasama orang tua
   2. Mengkaji keadaan mulut klien
  • Inspeksi apakah ada luka atau stomatitis
  • Inspeksi keadaan gigi (gigi palsu, gigi goyah)
  • Inspeksi keadaan gusi
  • Inspeksi keadaan bibir
  • Inspeksi mukosa mulut
  2. Persiapan alat
     1. Menggosok gigi
  • Baki yang sudah dialasi
  • Sikat gigi kecil dengan buluh lebut, tangkai lurus
  • Pasta gigi berflouride khusus anak
  • Gelas berisi air hangat
  • Cairan pembilas berisi air hangat
  • Handuk kecil atau kain pengalas
  • Baskom
  • Bengkok
  • Sarung tangan
     2. Oral hygiene
  • Baki yang sudah dialasi
  • Kapas lidi
  • Kom berisis NaCL 0,9%
  • Cairan pembilas yang mengandung antiseptic
  • Spatel
  • Kain kasa
  • Bengkok
  • Sarung tangan
     Persiapan KLien
  •   Informasikan kepada klien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
  • Jaga privasi klein
   3. Implementasi
      Menggosok Gigi
  •    Tangan perawat dicuci sampai batas siku
  • Tinggikan tempat tidur pada posisi kerja ayang nyaman
  • Tinggikan kepala tempat tidur dan atur posisi klien dalam posisi mirirng
  • Letakkan handuk diatas dada dibawah dagu klien dan letakkan bengkok dekat dengan klien
  • Pasang sarung tangan
  • Oleskan pasta gigi pada sikat diatas baskom
  • Tuangkan sedikit air diatas pasta gigi
  • Pegang pastra gigi dengan sudut bulu 45 pada garis gusi. Sikat permukaan luar dan dalam dari gigi atas dan bawah dengan meyikat dari gusi ke mahkota setiap gigi
  • Bersihkan permukaan gigi geraham dengan memegang pundak klien, bulu sejajar dengan gigi dan sikat perlahan kebelakang dan kedepan.
  • Pegang sikat gigi pada sudut 45 derajat dan sikat permukaan dan samping lidah dengan lembut, Hindari merangsang refleks gag
  • Bantu klien untuk berkumur dengan cairan pencuci mulut/pembilas 2-3 kali
  • Singkirkan baskom dan bantu klien membersihkan mulutnya
  • Handuk dan pengalas di angkat
  • Posisi klien diataur kembali
  • Rapikan klien
   Oral Hygiene
  • Tangan perawat di cuci sampai batas siku
  • Posisi klien di ataur sesuai kondisi
  • Letakkan handuk diatas dada dibawah dagu klien dan letakkan bengkok duibawah dagu klien
  • Pasang sarung tangan
  • Ambil kapas lidi, basahi dengan larutan NaCL
  • Ambil spatel minta klien untuk membuka mulut, tempelkan spatel diatas lidah, bersihkan rongga, gigi, gusi, lidah dan bibir.
  • Ganti kapas lidi yang kotor, lakukan membersihkan area mulut hingga bersih
  • Jika telah bersih, anjurkan dan bantu klien untuk berkumur dengan mengunakan cairan antiseptic 2-3 kali
  • Bila klien tidak sadar olesi bibir klien dengan pelembab bibir
  • atur kembali posisi klien
  • Rapikan klien
  4. Evaluasi
  • Perhatikan respon klien
  • Kebersihan gigi
  5. Dokumentasi
  • Waktu
  • Tindakan yang dilakukan
  • Nama perawat yang melakukan tindakan,

Minggu, 27 Mei 2012

PEMERIKSAAN PANGGUL LUAR

PEMERIKSAAN PANGGUL LUAR

TUJUAN :
  1. Untuk mengetahui panggul seseorang apakah normal atau tidak
  2. Untuk mengetahui bentuk atau keadaan panggul seseorang
PEMERIKSAAN PANGGUL DILKUKAN :
  1. Pada pemeriksaan pertama pada ibu hamil
  2. Pada ibu yang pernah melahirkan bila ada kelainan pada persalinan yang lalu
  3. Ibu akan bersalin bila sebelumnya belum pernah memeriksakan diri terutama pada primi para
PERSIAPAN ALAT :
  1. Pita pengukur
  2. Jangka panggul
  3. Buku catatan
PROSEDUR :
  1. Ujung jari telunjuk kanan dan kiri berada pada unjung jangka panggul
  2. Jari tengah mencari tempat-tempat yang akan diukur
  3. Tempatkan ujung jangka pangul pada tempat yang sudah di temukan lihat dan baca skala pada jangka panggul
  4. catat hasilnya
UKURAN-UKURAN LUAR YANG TERPENTING :
  1. Distansia spinarum : jarang anatar spina iliaka anterior superior kanan dan kiri
  2. Distansia Cristarum : jarak yang terpanjang antara crista iliaka kanan dan kiri
  3. Conjungata Eksterna (Boudeloque) : jarak anatar pinggir atas symphysis dan ujung processus spinosus ruas tulang lumbal ke - V
  4. Lingkar panggul : jarak dari pinggir atas simfisis melalui spina iliaka anterior superior kanan ke pertengahan trhochanter mayor kanan ke pertengahan trochanter mayor kiri ke pertengahan spina iliaka anterior superior kiri kemudian kembali keatas simfisis.

PRAKTEK WASH OUT ( HUKNAH)

WASH OUT ( HUKNAH)

A. Pengertian
     Wash Out ( sering juga di sebut huknah, enema, lavement), adalah suatu tindakan memasukan suatu larutan ke dalam rectum dan kolon sigmoid. Tindakan ini diberikan untuk meningkatkan defekasi dengan merangsang peristaltic. Obat-obatan kadang diberikan dengan enema untuk mengeluarkan efek lokal pada mukosa rectal. Pemberian eneme dapat digunakan untuk melunakkan fases yang telah menjadi impikasi atau untuk mengosongkan rectum dan kolon bawah untuk prosedur diagnostic atau pembedahan.
Terdapat 2 macam wash out/huknah, yaitu :
1. Huknah rendah untuk dewasa dengan ketinggian 30 cm dari bokong ( 7,5 cm untuk anak)
2. Huknah tinggi untuk dewasa dengan ketinggian 30-45 cm di atas bokong

B. Indikasi

  • Klien yang konstipasi/Sembelit
  • Klien yang akan di oprasi
  • Persiapan tindakan diasnostic, seperti pemeriksaan diagnostic
C. Kontraindikasi
  • Hemoroid yang berdarah
  • Keganasan kolon atau rectum
D. Tujuan
  • Merangsang peristaltic usus sehinggga klien bisa BAB
  • Mengosongkan usus untuk persiapan oprasi
E. Petunjuk pemberian

    Umur                                                Volume (ml)                                  Insersi (cm)
     Infant                                                  120-240                                     2,5
     2-4 tahun                                            240-360                                      5
     4-10 tahun                                          360-480                                     7,5
     11 tahun                                             480-780                                      10

F. Persiapan alat
  • Cairan hangat NaCL
  • Irigator lengkap dengan selang kanul rekti dengan ukuran : ( infant & tolder 10-20 fr, dewasa 22 rf)
  • Perlak dan kain pengalas
  • Vaseli atau jelly
  • Sarung tangan
  • Bengkok
  • Pispot ( 2 buah )
  • Air cebok dan tissue
G. Prosedur pelaksanaan

  1. Penkajian
  • Cek perencanaan keperawatan
  • Kaji ulang apakah klien perlu dilakasanakan tindakan wash out
  • Kaji kemampuan kerjasama klien
  2. Perencanaan
  • Cuci tangan
  • Persiapkan alat
            - Cairan hangat NaCL
            - Irigator lengkap dengan selang kanul rekti
            - Perlak dan kain pengalas
            - Vaseli atau jelly
            - Sarung tangan
            - Bengkok
            - Pispot ( 2 buah )
            - Air cebok dan tissue
  • Persiapkan klien
            - Informasikan kepada klien dan keluarga tenang tindakan yang akan dilakukan
            - Jaga privasi klien

  3. Implementasi
  • Persiapkan alat dan dekatkan ke klien
  • Pasang perlak dan pengalas
  • Atur posisi klien ( terlentang bila klien terpasang kolostomi atau supine dengan lutut fleksi. Pada anak yang sudah besar posisis sims dan lutut fleksi)
  • Selimut dipasang dan lepaskan celana klien
  • Pasang pispot
  • Pasang sarung tangan
  • Oleskan vaselin pada kanul
  • Tuangkan NaCL 0,9% yang hangat ke dalam irigator, klem dibuka sehinga air keluar kemudian klem ditutup kembali
  • Tangan kiri membuka anus, tanagan kanan memasukan kanul yang telah diolesi vaselin
  • Klien diminta untuk menarik nafas panjang
  • Klem dibuka, untuk anak yang di kolostomy klem dimasukan di lubang kolostomi
  • Tahan 5-10 menit
  • Cabut dan lepaskan kanul recti, anak tetap miring disuruh menahan
  • Biarkan cairan keluar kembali, tampung cairan yang keluar
  • Masukan cairan berulang-ulang hingga bersih
  • Angkat pispot dan ganti dengan yang bersih untuk mencebok anak
  • Bersihkan bokong anak dengan mengunakan tissue
  • Klien dirapikan, alat-alat dibersihkan
  • Cuci tangan
  4. Evaluasi
  • Kaji kenyamanan klien
  • Kaji respon klien
  • Informasikan kepada klien dan keluarga

  5. Dokumentasi
  • Waktu
  • Jumlah dan karakter fases
  • Keadaan abdomen
  • Nama perawat yang melakukan tindakan

PRAKTEK KOLOSTOMI PADA ANAK

KOLOSTOMI

A. Pengertian
     Kolostomi adalah suatu lumbang buatan pada usus besar dan aperture pd kulit yang berfungsi sebagai anus.

B. Indikasi/Kontraindikasi
     Hal ini akan memuaskan pada anak yang lebih tua, tetapi pada anak bayi kolostomi dipertahankan sampai umur bayi cukup agar dilakukan tindakan koreksi.

C.Tujuan
     Tujuan kolostomi adalah untuk mengosongkan kolon dari feses, gas atau mucus, membersihkan saluran usus saluran usus bawah dan membuat pola defekasi teratur sehingga aktivitas kehidupan normal dapt dilanjutkan

D. Persiapan alat

  1. sarung tangan bersih
  2. handuk
  3. air hangat
  4. sabun mandi yang lembut
  5. kantong kolostomai ayang bersih dengan ukuran stoma
  6. bengkok atau pespot
  7. kasa
  8. vaselin
  9. tempat sampah
  10. gunting
  11. cetakan ukuran stome
E. Format penilaian

    1. pengkajian
  • cek perencanaan
  • cek kemampuan klien
  • identifikasi tipe dan lokasi kolostomi
   2. perencanaan
  • cuci tanagan
  • persiapan alat
          -sarung tangan bersih
          -handuk
          -air hangat
          -sabun mandi yang lembut
          -kantong kolostomai ayang bersih dengan ukuran sesuai ukuran stoma
          -bengkok atau pespot
          -kasa
          -vaselin
          -tempat sampah
          -gunting
          -cetakan ukuran stome
  • persiapan klien
         - menjelaskan prosedur ke klien dan keluarga
         - mengatur posisi semi fowler
         - memasang sampiran

  3. Implementasi
  • mendekatkan alat-alat ke klien
  • pasang handuk
  • dekat bengkok ke klien
  • pasang sarung tangan bersih
  • buka kantong lama dan buang ke tempat sampah
  • bersikan stoma dan kulit sekotar stoma dengan sabun lembut dan air hangat
  • lindungi stoma dengan tissu atau kassa agar fases tidak mengotori kulit yg sudah dibersihkan
  • keringkan kulit sekitar stoma dengan tissue atau kasa
  • persiapkan kantong stoma sesuai dengan ukuran dan jenis stoma 
  • pasang kantong stoma
  • beri vaselin atau salep sekitar kulit apa bila kantong stoma terlalu besar
  • buka sarung tangan
  • bereskan alat
  • cuci tangan dengan antiseptic dan air mengalir
 4. Evaluasi
  • keamanan kantong
  • kebersihan area
  • bau
  • kenyamanan klien
 5. Dokumentasi
  • waktu pelaksanaan
  • jumlah dan karakteristik fases
  • keadaan stoma ( tanda infeksi )
  • Alat-alat yang digunakan untuk menganti kantong
  • respon klien
  • nama perawat yang melakukan tindakan


Sabtu, 26 Mei 2012

MAKALAH ATRITIS REMATOID


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan  makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia  lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.
Pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak semua perubahan struktur dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi penduduk lansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18% diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai paling tidak satu masalah kesehatan(HealthyPeople,1997).
Dan jumlah penduduk lansia yang tinggi kemungkinan membuat rematik jadi keluhan favorit. Penyakit otot dan persendian  ini sering menyerang lansia, melebihi hipertensi dan jantung, gangguan pendengaran dan penglihatan, serta diabetes(Health-News,2007).


B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi arthritis rheumatoid ?
2. Apa etiologi arthritis rheumatoid ?
3. Apa manifestasi klinis  arthritis rheumatoid ?
4. Bagaimana patofisiologi dari arthritis rheumatoid ?
5. Bagaimana penatalaksanaan  untuk pasien dengan arthritis rheumatoid?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada arthritis rheumatoid  ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi arthritis rheumatoid  
2. Untuk mengetahui etiologi arthritis rheumatoid  
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis  arthritis rheumatoid 
4. Untuk mengetahui  patofisiologi  arthritis rheumatoid   
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk pasien dengan arthritis rheumatoid  
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada arthritis rheumatoid  

D. MANFAAT
1. Sebagai informasi dasar untuk mengenal arthritis rheumatoid  
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai arthritis rheumatoid .

BAB II
PEMBAHASAN

1. KONSEP DASAR MEDIS
A. DEFINISI
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang menyebabkan degenerasi jaringan penyambung .
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.

B. ETIOLOGI
Penyebab dari artritis rhematoid belum dapat diketahui secara pasti, tetapi dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu: 
1) Mekanisme imunitas (antigen antibodi) seperti interaksi IgG dari imunoglobulin dengan rhematoid factor
2) Faktor metabolik
3) Infeksi dengan kecenderungan virus
C. TANDA DAN GEJALA
1. Tanda dan gejala setempat
a. Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning stiffness) dan gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya tidak berlangsung lama.
b. Lambat laun membengkak, panas merah, lemah
c. Poli artritis simetris sendi perifer atau semua sendi bisa terserang,panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling sering mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan, meskipun sendi yang lebih besar  seringkali terkena juga
d. Artritis erosive atau sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi yang kronik menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat dilihat pada penyinaran sinar X
e. Deformitas atau pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi metakarpofalangea, deformitas beoutonniere dan leher angsa. Sendi yang lebih besar mungkin juga terserang yang disertai penurunan kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami ankilosis disertai kehilangan kemampuan bergerak yang total
f. Rematoid nodul  merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3 pasien dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah, bentuknya oval atau bulat dan padat.
2.      Tanda dan gejala sistemik
•         Lemah, demam, tachikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia 
Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu:
a. Stadium Sinovisis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak dan kekakuan
b. Stadium Destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon
c. Stadium Deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada pembentukan pannus, ankilosis fibrosa dan terakhir ankilosis tulang.


D. PATOFISIOLOGI
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan.  Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.  Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Tes serologi
- Sedimentasi eritrosit meningkat
- Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
- Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Pemerikasaan radiologi
- Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
- Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis
3. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.

Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.
Kriteria Artritis rematoid menurut American Reumatism Association ( ARA ) adalah:
1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari ( Morning Stiffness ).
2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi
3. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan ) pada salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain
5. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor
7. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
8. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
9. Pengendapan cairan musin yang jelek
10. Perubahan karakteristik histologik lapisan synovial
11. gambaran histologik yang khas pada nodul.

Berdasarkan kriteria ini maka disebut :
Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu
Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 4 minggu.

F. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangiinflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuanmobilisasi penderita (Lemone & Burke, 2001)
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu: 
1) Istirahat
2) Latihan fisik
3) Termoterapi
4) Pengobatan :
o Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
o Natrium kolin dan asetamenofen à meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap terapi obat
o Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari à mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan
o Garam emas
o Kortikosteroid
5) Nutrisi 
diet untuk penurunan berat badan yang berlebih
Bila Rhematoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut:
1. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi.
2. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
3. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
4. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada persendian





2. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Proses keperawatan
a.Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
o Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
o Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sen
2.Pemeriksaan Fisik
o Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
o Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
- Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
- Catat bila ada krepitasi
- Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
- Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
Ukur kekuatan otot
Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
3. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

b. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut / kronis behubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan / proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan: deformitas skeletal, nyeri, ketidak nyamanan, intolransi aktifitas, penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahankemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,ketidakseimbangan mobilitas
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunankekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosisdan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemahaman/ mengingat, kesalahan interpretasi informasi.

c.Intervesi keperawatan
1. Nyeri akut / kronis behubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan / proses inflamasi, destruksi sendi
Kriteria hasil :
- Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol,
- Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuaikemampuan.
INTERVENSI RASIONAL

- kaji keluhan nyeri, catat 
lokasi dan intensitas (skala 0 
– 10). Catat factor-faktor 
yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal  
- berikan matras atau kasur 
keras, bantal kecil. Tinggikan 
linen tempat tidur sesuai kebutuhan
- biarkan pasien mengambil 
posisi yang nyaman pada 
waktu tidur atau duduk di 
kursi. Tingkatkan istirahat di 
tempat tidur sesuai indikasi 
- dorong untuk sering 
mengubah posisi. Bantu 
pasien untuk bergerak di 
tempat tidur, sokong sendi 
yang sakit di atas dan di 
bawah, hindari gerakan yang 
menyentak 
- anjurkan pasien untuk mandi 
air hangat atau mandi 
pancuran pada waktu 
bangun. Sediakan waslap 
hangat untuk mengompres 
sendi-sendi yang sakit 
beberapa kali sehari. Pantau 
suhu air kompres, air mandi 
- berikan masase yang lembut 

kolaborasi 
- beri obat sebelum aktivitas 
atau latihan yang 
direncanakan sesuai petunjuk 
seperti asetil salisilat (aspirin) 
-membantu dalam menentukan 
kebutuhan managemen nyeri dan 
keefektifan program 


- matras yang lembut/empuk, banal 
yang besar akan mencegah 
pemeliharaan kesejajaran tubuh 
yang tepat, menempatkan stres 
pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan 
tekanan ada sendi yang 
terinflamasi / nyeri 
- pada penyakit berat, tirah baring 
mungkin diperlukan untuk 
membatasi nyeri atau cedera sendi. 
- Mencegah terjadinya kelelahan 
umum dan kekakuan sendi. 
Menstabilkan sendi, mengurangi 
gerakan/rasa sakit pada sendi 
- Panas meningkatkan relaksasi otot 
dan mobilitas, menurunkan rasa 
sakit dan melepaskan kekakuan di 
pagi hari. Sensitifitas pada panas 
dapat dihilangkan dan luka dermal 
dapat disembuhkan 


- Meningkatkan relaksasi, mengurangi 
tegangan otot, memudahkan untuk 
ikut serta dalam terapi 

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan: deformitas skeletal, nyeri, ketidak nyamanan, intolransi aktifitas, penurunan kekuatan otot
Kriteria hasil :
- Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan kontraktur.
- Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau kompensasi bagian tubuh.
- Mendemonstrasikan tekhnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktifitas.
INTERVENSI RASIONAL
-Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi
-Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan. 
-Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin. 
-Dorong klien mempertahankan 
postur tegak, duduk tinggi, 
berdiri dan berjalan
-Berikan lingkungan yang aman 
dan menganjurkan untuk 
menggunakan alat bantu.
 -Berikan obat-obatan  sesuai 
indikasi seperti steroid
- Tingkataktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari proses inflamasi
-Untuk mencegah kelelahan dan 
mempertahankan kekuatan.
-Meningkatkan fungsi sendi, 
kekuatan otot dan stamina  umum

-Memaksimalkan fungsi sendi 
dan mempertahankan mobilitas.

-Menghindari cedera akibat 
kecelakaan seperti jatuh

- Untuk mecegah inflamasi sistemik akut
3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahankemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,ketidakseimbangan mobilitas
Kriteria hasil :
- Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.
- Menyusun rencana realistis untuk masa depan
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Dorong pengungkapan mengenai masalah, proses penyakit, dan harapan masa depan
Diskusikan arti dari kehilangan/perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangan pribadi klien terhadap perubahan gaya hidup termasuk aspek seksual.
 Diskusikan persepsi klien mengenai bagaimana orang terdekat dalam menerima keterbatasan klien

Akui dan terima perasaan berduka,bermusuhan,dan ketergantungan

Perhatikan perilaku menarik diri, menyangkal atau terlalu memperhatikan tubuh/perubahan



Susun batasan pada perilaku maladaptive. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping
Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas



Kolaborasi 
Rujuk pada konseling psikiatri
Berikan obat-obat sesuai petunjuk 

Beri kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/kesal menghadapinya secara langsung.
Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi atau konseling lebih lanjut.
Isyarat verbal/nonverbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri. 
Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah, bermusuhan umum terjadi. 
Dapat menunjukkan emosional atau metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut atau dukungan psikologis. 
Membantu pasien mempertahankan kontrol diri yang dapat meningkatkan perasaan harga diri. 
Meningkatkan perasaan kompetensi/harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong partisipasi dan terapi.


Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang/ketidakmampuan
Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemampuan 
yang yang lebih efektif
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunankekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi
Kriteria hasil :
- Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuanindividual.
- Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
- Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri
INTERVENSI RASIONAL
• Kaji tingkat fungsi fisik 


• Pertahankan mobilitas, kontrol 
terhadap nyeri dan program latihan 
• Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri, identifikasi untuk modifikasi lingkungan
• Identifikasi untuk perawatan yang diperlukan, misalnya: lift, peninggiandudukan toilet, kursi roda

Mengidentifikasi tingkat bantuan dan dukungan yang diperlukan 

Mendukung kemandirian fisik/emosional 
Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diri
Memberikan kesempatan untuk dapat melakukan aktivitas secara mandiri
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosisdan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemahaman/ mengingat, kesalahan interpretasi informasi
Kriteria hasil :

- Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
- Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yangkonsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas
INTERVENSI RASIONAL
-Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan
- Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui obat-obatan, dan program diet seimbang, l;atihan dan istirahat
-Bantu dalam merencanakan  jadwal aktivitas terintegrasi yang realisti, istirahat, perawatan pribadi,pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres
-Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik
- Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan/ pemeriksaan laboratorium, mis: LED,Kadar salisilat, PT
-Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
- Tujuan kontrol penyakitadalah untuk menekan inflamasi sendiri/ jaringan lain untuk mempertahankan fungsisendi dan mencegah deformitas
- Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakitkronis kompleks


-Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung ketepatan


- Terapi obat obatan membutuhkan pengkajian/ perbaikan yangterus menerus untuk menjamin efek optimal dan mencegah takar lajak, efek samping yang berbahaya




BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Tanda dan gejala pada umumnya berupa nyeri pada persendian, bangkak (rheumatoid nodule), dan kekakuan pada sendi terutama setelah bangun pada pagi hari.
B. Saran
Mengingat arthritis rheumatoid merupakan penyakit yang banyak  dijumpai pada lansia namun tidak menutup kemungkinan untuk menyerang usia muda  maka penanganan penyakit ini diupayakan secara maksimal dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan baik melalui tenaga kesehatan,  prasarana dan sarana kesehatan.




DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E. J. 2009.Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC
Doenges, M. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah..Jakarta:EGC