Selasa, 22 Mei 2012

MAKALAH KOMUNIKASI PADA ANAK


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan keperawatan. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak, antara lain :
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga
2. Bercerita
3. Memfasilitasi
4. Biblioterapi
5. Meminta untuk menyebutkan keinginan
6. Pilihan pro dan kontra
7. Penggunaan skala
8. Menulis
9. Menggambar
10. Bermain

Dampak dari komunikasi dengan kekerasan terhadap anak-anak adalah hilangnya fitrah kelembutan. Berdasarkan pengalamannya, anak yang terbiasa dengan kekerasan, sejak kecil sudah terlihat. Karena terbiasa dengan kekerasan, ia pun akan membutuhkannya setiap kali akan melakukan sesuatu. Hal itu terjadi karena fitrah kelembutannya sudah melemah.
Komunikasi dengan kekerasan juga akan membuat anak tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan pendapatnya.
B. Rumusan masalah
1. Menjelaskan tentang komunikasi pada anak dan tumbuh kembang anak
2. Proses tumbuh kenbang anak berdasarkan usia
3. Menjelaskan kekerasan dampak pada anak
4. Menjelaskan tata cara berkomunikasi dan komunikasi keluarga
5. Mengatahui Program dan kebijakan pemerintah tentang Kesehatan Ibu dan anak di Indonesia.

C. Tujuan
1. Mengatahui tentang komunikasi pada anak dan tumbuh kembang anak
2. Mengatahui tumbuh kenbang anak berdasarkan usia
3. Mengatahui kekerasan dampak pada anak
4. Mengatahui tata cara berkomunikasi dan komunikasi keluarga
5. Mengatahui Program dan kebijakan pemerintah tentang Kesehatan Ibu dan anak di Indones
















BAB II
PEMBAHASAN

1. A. Komunikasi Pada Anak berdasarkan usia tumbuh kembang.
Dalam melakukan komunikasi pada anak perawat perlu memperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah usia tumbuh kembang anak, cara berkomunikasi dengan anak, metode dalam berkomunikasi dengan anak tahapan atau langkah-langkah dalam melakukan komunikasi dengan anak serta peran orang tua dalam membantu proses komunikasi dengan anak sehingga bisa didapatkan informasi yang benar dan akurat.
1.  Usia Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di samping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal. Perkembangan komunikasipada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan suara-suara bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua belas sudah mulai melakukan tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata yang spesifik antara dua atau tiga kata.
Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi yang efektif pada bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan tehnik sentuhan seperti mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain.
2. Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengan kata-kata ulangan.
Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya. Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat, mudah merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara (Behrman, 1996). Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah diajak komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali perasaan dan fikiran anak si saat melakukan komunikasi.

3. Usia Sekolah (5-11 tahun)
Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca disini sudah muncul, pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai berfikir tentang kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata sederhana yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari objek tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakn secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.
4. Usia Remaja (11-18 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara konseptual, sudah mulai menunjukkan perasaan malu, pada anak usia sering kali merenung kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai menunjukkan ke arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa. Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.
B. Cara komunikasi dengan anak.
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan keperawatan. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak, antara lain :
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga.
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada di samping anak. Selain itu dapat digunakan cara dengan memberikan komentar tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta hal lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
2. Bercerita.
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun gambar
3. Memfasilitasi.
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang jelek pada anak.
4. Biblioterapi.
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak.


5. Meminta untuk menyebutkan keinginan.
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.
6. Pilihan pro dan kontra.
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan yang positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.
7. Penggunaan skala.
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
8. Menulis.
Melalui cara ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam. Cara ini dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki kemampuan untuk menulis.

9. Menggambar.
Seperti halnya menulis menggambar pun dapat digunakan untuk mengungkapkan ekspresinya, perasaan jengkel, marah yang biasanya dapat diungkapkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkan perasaannya apabila perawat menanyakan maksud dari gambar yang ditulisnya.
10. Bermain.
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi, melalui ini hubungan interpersonal antara anak, perawat dan orang di sekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan dapat disampaikan.
C.Tips Dasar Komunikasi pada Anak
Nilai altruistik perlu diwujudkan dengan kata-kata, seperti ucapan "terima kasih" atau "tolong" saat meminta bantuan dan ini perlu ditanamkan pada anak. Menurut pakar perkembangan ini, kata-kata tersebut lebih dari sekadar ungkapan sopan santun, namun merupakan awal pemahaman tentang komunikasi.
Setiap orang tua pasti pernah mengalami kesulitan komunikasi dengan anak. Ada masanya ketika anak anda tampak seperti mendengar perintah anda dengan penuh perhatian, tetapi kemudian tidak ingat apa-apa mengenai percakapan itu. Ada masanya anak anda berbicara terus menerus kemudian menuduh anda tidak mendengarkannya. Pada tahapan yang berbeda, anak-anak berkomunikasi dengan cara yang berbeda.
Anak anda yang berusia lima tahun, dapat berubah seolah menjadi anak yang berusia empat belas tahun yang menjawab pertanyaan anda dengan hanya satu kata saja: anda bertanya ; bagaimana kabarmu sayang? ‘Baik’ jawabnya singkat. “apa yang kamu kerjakan di rumah teman kamu tadi?” ‘macam-macam’ jawabnya lagi.
Anak-anak mengalami masa-masa dimana mereka sangat terbuka mengenai perasaan mereka. Dan ada kalanya, mereka lebih pendiam dan menyimpan sendiri pikiran-pikiran dan emosi mereka sendiri. Akan tetapi berkomunikasi setiap waktu dengan anak-anak adalah penting. Mempunyai hubungan baik yang terpelihara baik, tergantung pada komunikasi yang baik.
Anak-anak merupakan komunikator yang baik. Mereka akan berbicara, mendengarkan sehingga mereka akan mendapatkan teman-teman,pendidikan,pekerjaan dan lain-lain. Cara anda berbicara dan mendengarkan anak-anak anda sangat mempengaruhi bagaimana mereka berkomunikasi dengan orang lain. Karena anak ini mengetahui hampir setiap naluri, bahwa komunikasi bukan hanya sekedar kata-kata yang keluar dari mulut anda.
Komunikasi adalah juga bahasa tubuh yang menyertai kata-kata ini. Komunikasi yang baik adalah mengetahui kapan berbicara dan kapan untuk diam. Sebagaimana ketrampilan interpersonal, kemampuan untuk berkomunikasi dibentuk pertama kali oleh hubungan seorang anak dengan orang tuanya. Ketrampilan komunikasi dipelajari dirumah yaitu di masa bayi
D.Perekat keluarga.
Menurut Ery Soekresno, Psi, Pengelola Sekolah Kebon Maen, Cilangkap-Cimanggis-Depok, komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam keluarga. Menurutnya, komunikasi berfungsi sebagai perekat keluarga. Ery mencontohkan, berdasarkan hasil penelitian pada tahun 1996, faktor penyebab tingginya angka perceraian di Amerika ternyata bukan disebabkan kehadiran orang ketiga. Karena di mata masyarakat Amerika umumnya, perzinahan sudah dianggap halal. Namun, penyebab yang tertinggi adalah faktor terhambatnya komunikasi suami istri. Komunikasi yang tidak lancar antara suami istri akan berdampak pula terhadap kelancaran komunikasi pada anak.
Komunikasi antara orang tua dan anak adalah sebuah proses pengiriman pesan dimana pesan yang diterima sama dengan pesan yang dikirim. Komunikasi dengan kekerasan, menurut Ery adalah, penyampaian pesan yang dilakukan secara negatif. Termasuk dalam komunikasi secara negatif adalah saat orangtua menggunakan bahasa yang tidak indah. "Bahasa yang jelek tidak menyenangkan anak, akibatnya anak tidak mau mendengarkan orangtua," tutur psikolog yang aktif menyerukan kampanye komunikasi tanpa kekerasan ini.
Komunikasi dengan kekerasan tidak melulu berarti disampaikan dengan bahasa-bahasa yang tidak baik, seperti penggunaan kata yang berasal dari ‘kebun binatang’ atau kata hinaan lainnya.
 E.Verbal dan non verbal.
Ada dua bentuk komunikasi, yaitu verbal (bahasa) dan non-verbal (bahasa tubuh). Artinya, saat orangtua berbicara kepada anak, bukan hanya kata-katanya saja yang ditangkap oleh anak. Menurut Ery, di bawah usia satu tahun, mungkin mereka hanya menangkap 10% kata yang diucapkan ibu. Sisanya lebih kepada bahasa non-verbal.
Ery mencontohkan, saat bayi berbicara dengan mengeluarkan kata-kata yang tidak jelas. Misalnya bah, bah, bah. Kebetulan ibu ini membahasakan bapaknya itu abah. Ibu memberikan respon sambil menunjuk pada suaminya atau menunjukkan fotonya, "Oh Abah ya, Abah. Ya, itu Abah."Artinya, anak itu memahami sebuah kata itu kan dari bahasa non verbal karena setiap kali dia ngomong bah, bah, bah kok yang ditunjuk orang itu. Akhirnya kata itu memiliki arti bagi dirinya. Meskipun saat itu anak belum mengerti betul tentang siapa sebenarnya Abah.
Menurut Ery, orangtua perlu terus menyadari bahwa bahasa non-verbal yang dipakainya sangat penting bagi anak. Meski bahasa yang digunakan orangtua positif, namun bilakomunikasi non-verbalnya negatif, maka pesan yang diterima anak adalah seperti yang ia lihat. Misalnya, seorang ibu mengatakan pada anaknya, "Ibu tuh sebenarnya sayang sama kamu,” tapi intonasinya yang tinggi atau dilakukan sambil mencubit anak. Tak salah bila anak akan berpikir, "Oh sayang itu artinya sama dengan mencubit ya." Akhirnya, saat bertemu dengan sepupu, adik atau temannya atau dia dengan adiknya dia menyampaikan sayangnya dengan mencubit. "Padahal seharusnya menyampaikan rasa sayang harus diiringi dengan pelukan dan suara yang lembut agar anak mampu menangkap pesan yang disampaikan dengan benar," jelas istri dari Irwan Rinaldi ini.
F.Dampak komunikasi dengan kekerasan.
Dampak dari komunikasi dengan kekerasan terhadap anak-anak adalah hilangnya fitrah kelembutan. Berdasarkan pengalamannya, anak yang terbiasa dengan kekerasan, sejak kecil sudah terlihat. Karena terbiasa dengan kekerasan, ia pun akan membutuhkannya setiap kali akan melakukan sesuatu. Hal itu terjadi karena fitrah kelembutannya sudah melemah.
Komunikasi dengan kekerasan juga akan membuat anak tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan pendapatnya. Ery mencontohkan adegan yang terjadi pada sebuah keluarga saat mereka menanti datangnya waktu maghrib untuk berbuka puasa. Di hari pertama, ibu menyediakan menu lengkap, ada kue, es kelapa, gorengan, disamping menu utama hari itu. Di hari kedua, sang ibu tidak menyediakan gorengan dalam deretan menu berbuka. Namun, ia menggantikannya dengan makanan kesukaan anak-anak yang lain, yaitu puding karamel. Anaknya yang berusia 5 tahun berkomentar, "Mi, kok hari ini nggak ada gorengan?" Sang Ibu, yang kebetulan masih sibuk dengan urusan dapur langsung bereaksi dengan melakukan interpretasi dan evaluasi. " Kamu ini kok nggak bersyukur banget sih?" Anak yang semula hanya sekedar berkomentar tentu menjadi takut untuk menyampaikan komentar pada kesepatan lain. Apalagi bila hal seperti itu terjadi berulang kali.
Lebih berbahaya lagi, menurut Ery, bila anak menjadi terbiasa melakukan pekerjaan secara sembunyi-sembunyi. Bila orangtua tidak segera mengubah cara berkomunikasinya, maka dampak itu akan terpelihara sampai anak tumbuh dewasa.
Dampak lainnya adalah menjadi terbiasa berpikir negatif. Artinya, ketika ada orang bermaksud baik terhadap anak, dia tidak menganggap itu sebagai sesuatu yang baik. Sebaliknya, anak akan berpikir, "Apa sih maksudnya kamu berbuat baik sama aku?" Menurut Ery, hal itu terjadi karena orangtua terbiasa berpikir negatif terhadap dirinya yang terwujud dengan komunikasi yang negatif. Akhirnya, yang terbangun dalam benakanak adalah apa pun yang dilakukannya tidak ada yang benar.
Misalnya, saat seorang anak sedang duduk-duduk di dalam rumah sementara ibunya sedang menyapu lantai. Sang Ibu mengatakan "Aduh Kakak, tidur-tiduran aja, enggak mau membantu ibu nyapu," Sebaliknya, saat sang anak sedang menyapu lantai, Ibu berkomentar, "Wah tumben nih anak ibu nyapu." Komentar seperti itu akan membuatanak menjadi tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan karena menjadi serba salah.
Komunikasi yang baik saat ibu sedang menyapu sementara anaknya sedang tidur-tiduran adalah "Ibu seneng deh kalau kakak mau membantu Ibu nyapu. Kalau kakak membantu Ibu pekerjaan rumah ibu cepat selesai. Habis itu kita bisa bermain dan cerita-cerita". Pesan akan sampai tanpa perlu menyakiti perasaan anak. Anak pun menjadi lebih mudah diajak bekerjasama. Saat anak sedang menyapu, seharusnya Ibu menyampaikan penghargaannya dengan pesan yang positif, tanpa perlu menyindir anak.
Menurut Ery, faktor pembentuk utama dan pertama adalah keluarga. Bila rumah sudah berfungsi sebagai tempat yang memberikan kesejukan untuk anak-anak, maka ke mana pun anak pergi, rumah tetap menjadi referensi utama bagi anak. Kesejukan itulah yang perlu dibangun oleh orangtua melalui komunikasi tanpa kekerasan. Saat anak memiliki masalah, mereka tahu kemana harus berbicara. Saat yang paling berpengaruh bagi anak adalah sebelum anak mencapai usia balighnya karena pada masa itu anak masih mudah untuk berubah. Namun, perubahan yang paling utama dan pertama harus berawal dari para orangtua.
2.  Menentukan tata cara berkomunikasi
Salah satu bagian dari keberhasialan dalam wawancara adalah tergantung pada keadaan fisik dan psikologis si pewancara itu sendiri. Perkenalan yang tepat, penjelasan peranan, menerangkan alasan wawancara serta menjamin kebebasan dan rahasia.

1. Komunikasi dengan keluarga
Komunikasi dengan keluarga merupakan proses segi tiga antara perawat orang tua dan anak. Walaupun orang tua merupakan fokus penting dalam berkomunikasi segi tiga. Saudara kandung, sanak keluraga lainnya dan pengasuhnya juga merupakan bagian dari proses komunikasi.
Melaksanakan penjajakan terhadap anak memerlukan input dari anak itu sendiri ( verbal dan non verbal ), informasi dari orang tua dan observasi perawat sendiri. Untuk itu lakukanlah langkah-langkah sebagai berikut :

MENDORONG ORANG TUA UNTUK BERBICARA.
Informasi tentang faktor kehidupan anak. Berhati-hatilah dan gunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka untuk menggali data sebanyak mungkin.
MENGARAHKAN PADA POKOK PERMASALAHAN.
Kemampuan untuk mengarahkan pada pokok permasalahan selama berwawancara adalah salah satu kesulitan dalam mencapai tujuan komunikasi efektif. Salah satu pendekatan adalah menggunakan pertanyaan terbuka dan luas.
MENDENGARKAN.
Mendengarkan adalah unsur yang paling penting dalam komunikasi yang efektif. Dalam proses mendengarkan perawat harus mengarahkan perhatiannya dengan sungguh-sungguh pada klien. Ini merupakan proses aktif karena konsetrasi dan perhatian ditujukan pada semua aspek percakapan yaitu : verbal, non verbal dan yang bersifat abstrak.
DIAM SEJENAK.
Diam sebagai satu respon, sering kali merupakan tehnik wawancara yang sulit untuk dipelajari. Diam bertujuan untuk mengalihkan pikiran, perasaan dan untuk saling memehami emosinya kadang-kadang perlu menghentikan taktik diam ini dan kembali berkomunikasi.
BERSIKAP EMPATI.
Empati berarti ikut merasakan perasaan orang lain secara obyektif. Perawat yang empati berusaha sebanyak mungkin melihat keadaan dari sudut pandang klien / keluarga. Empati berbeda dengan simpati, simpati tidak selalu ada unsur hubungan “ membantu “ dengan klien.
Menyakinkan
Hampir semua orang tua  ingin menjadi orang tua yang baik dan ingin menunjukkan kemampuannya  dalam perannya.  Orang tua membutuhkan  perawat yang menghargai dan memperhatikan  perannya  sebagai orang tua dan ingin agar perawat memperhatikan  anaknya. Hindarkan pembicaraan yang menyinggung harga diri sebagai orang tua.
Menentukan Masalah.
Perawat dan orang tua harus sepakat bahwa masalah itu ada.
Perawat akan bersama ibu menetapkan apakah masalahnya ini benar atau tidak.


Memecahkan  Masalah.
Pemahaman dan pengenalan masalah harus disepakati oleh orang tua kemudian mulai merencanakan pemecahannya.
Perawat harus mendiskusikan resikonya terhadap keluarga dan  mencoba mencari pemecahan masalah yang lebih efektif.
Mengadaptasi  Bimbingan.
Segera setelah masalah diidentifikasi & disetujui oleh perawat dan orang tua, maka dapat mulai merencanakan pemecahannya. Orang tua yang dilibatkan dalam memecahkan masalah berfartisipasi penuh selama perawatan berlangsung. Bila situasi memungkinkan, keputusan yang diambil adalah berasal dari orang tua dan perawat berperan sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah.
Menghindari hambatan-hambatan komunikasi
Hambatan yang mempengaruhi proses hubungan dalam berkomunikasi :
  Sosialisasi
  Memberi nasehat-nasehat yang tidak ada kaitannya dan yang tidak diperlukan
  Memberikan dorongan sepintas
  Melindungi suatu situasi/opini
  Menawarkan keyakinan yang kurang sesuai
  Memberikan pujian secara stereotipi
  Menahan ekspresi emosi dengan pertanyaan tertutup
  Menginterupsi & menyelesaikan kalimat seseorang
  Lebih banyak bicara dari pada orang yang diintervien
  Membuat konklusi yang menghakimi
  Mengubah fokus pembicaraan dengan sengaja

2. Komunikasi dengan anak.
Esensi  Komunikasi.
Dua unsur penting  dalam komunikasi untuk memahami fungsi pertukaran  pikiran dan  perasaan , yaitu  :
Harus menggunakan bentuk  bahasa yang bermakna bagi orang yang mereka ajak  berkomunikasi.
Contoh :  bila mengunakan  isyarat seperti menunjuk pada sesuatu benda yang ingin  dilihat orang lain, maka harus dalam bentuk yang dapat dipahami.
Apabila komunikasi dengan bicara maka harus dilakukan dengan kata dan struktur tata bahasa yang dapat dipahami anak.
Anak harus memahami  bahasa yang digunakan orang lain, misalnya  :   anak berusia 18 bulan, pembicaraan harus memantapkan kata-katanya dengan isyarat dan pada saat anak bertambah besar pemahaman bertambah baik sehingga isyarat kurang diperlukan.
Bentuk  Komunikasi  Pra  Bicara.  
Sebelum anak  siap untuk belajar berbicara, alam telah menyediakan bentuk komunikasi tertentu yang sifatnya sementara.
Selama satu setengah tahun pertama, sebelum anak mempelajari  kata-kata sebagai, bentuk  komunikasi, mereka menggunakan empat bentuk komunikasi pra bicara  atau    (prespeech) yakni  :  tangisan, celoteh, isyarat dan ekspresi emosional.
Bentuk  komunikasi prabicara sifatnya sementara, sehingga  bentuk komunikasi pra bicara ini sebaiknya ditinggalkan apabila kegunaannya sudah berakhir.
Tangisan.
Pada awal kehidupan pasca lahir, menangis merupakan salah satu cara pertama  yang dapat dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia luar.   Melalui  tangisan dia  memberi tahu kebutuhannya seperti lapar, dingin, panas, lelah , dan  kebutuhan untuk diperhatikan.    Jika kebutuhannya segera dipenuhi , bayi hanya akan menangis bila ia merasa sakit atau tertekan.   Perawat  harus banyak berlatih mengenal macam-macam arti tangisan bayi karena ibu muda memerlukan bantuan ini.
Setelah berusia 2 minggu,  kebanyakan  kasus disebabkan karena orang tua yang tidak cepat tanggap terhadap arti tangis bayinya dan tidak konsisten dalam menanggapinya.
Bayi yang sehat dan normal     frekwensi tangisan menurun pada usia 6 bulan karena keinginan & kebutuhan mereka cukup terpenuhi.  Frekwensi tangis seharusnya menurun sejalan dengan meningkatnya kemampuan bicara.            

       
Ocehan  dan  Celoteh.
Bentuk komunikasi prabicara disebut “ocehan“ (Cooing ) atau “Celoteh”  (Babbling).
Ocehan timbul karena  bunyi ekplosif awal yang disebabkan oleh perubahan gerakan mekanisme ‘ suara ‘. Ocehan ini terjadi pada bulan awal kehidupan bayi seperti : merengek, menjerit, menguap, bersin, menangis & mengeluh.
Sebagian ocehan akan berkembang menjadi celoteh dan sebagian akan hilang. Celoteh merupakan mekanisme otot saraf bayi berkembang & sebagian bayi mulai berceloteh pada awal bulan kedua, kemudian meningkat cepat antara bulan ke – 6 & ke – 8.
Nilai celoteh :
a.  Berceloteh adalah praktek verbal sebagai dasar bagi perkembangan gerakan terlatih yang dikehendaki dalam bicara. Celoteh mempercepat ketrampilan berbicara.  
b.  Celoteh mendorong keinginan berkomunikasi dengan orang lain. Berceloteh membantu bayi merasakan bahwa dia bagiandari kelompok sosial.


Isyarat.
Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai pengganti atau pelengkap bicara.
Contoh isyarat umum pada masa bayi :
•  Mendorong putting susu dari mulut artinya kenyang/tidak lapar
•  Tersenyum dan mengacungkan tangan artinya ingin digendong
•  Mengeliat, meronta, menangis, selama berpakaian & mandi artinya tidak suka akan pembatasan gerak.
Ungkapan emosional.
Adalah ungkapan emosional melalui perubahan tubuh & roman muka.
Contoh :
a. Mengendurkan badan, mengangkat tangan/kaki, tersenyum    & ramah
b. Maneragangkan badan, gerakanmembanting tangan/kaki,roman muka tegang & menangis.



Peran Bicara Dalam Komunikasi.
Cara  berkomunikasi pada anak belum berusia 1 tahun, adalah  menangis dan menggunakan isyarat-isyarat yang tidak selalu dipahami orang lain.  Bicara merupakan ketrampilan  yang harus dipelajari  yang terdiri dari  :
Kata,  yaitu aspek motorik bicara, kamampuan mengeluarkan bunyi tertentu dalam komunikasi.
Mengakitkan arti dengan kata-kata tersebut, yaitu aspek mental bicara, untuk mendapatkan hasil yang baik dibutuhkan  koordinasi  otot-otot, kemampuan mengait kata-kata, mempelajari tata bahasa.
Untuk memperkecil kesalahan  anak, perlu  mengaitkan kata spesifik dengan objek  yang spesifik.
Hal yang penting dalam belajar bicara   :
Persiapan Fisik.
Tergantung  Kematangan mekanisme bicara, contoh  Bayi baru lahir.
Persiapan Mental.
Tergantung pada kematangan otak ( asosiasi otak ), yang berkembang antara 1 – 18 bulan,  saat yang tepat diajak bicara.
Model untuk ditiru   (yang baik)
Kesempatan praktek / untuk bertatih.
Motivasi dan  tantangan.
Bimbingan  :  
- Menyediakan model yang baik.
- Mengatakan dengan perlahan dan jelas
- Membetulkan kesalahan.
Setiap  individu berbeda dalam ukuran kualitas kosa kata, tergantung pada kondisi yang mempengaruhi   :
- Faktor Kesehatan.
- Kecerdasan.
- Keadaan sosial ekonomi.
- Jenis kelamin.
- Keinginan yang kuat untuk berkomunikasi.
- Dorongan  dari lingkungan.
- Ukuran keluarga dalam hal  anak mendapat kesempatan berlatih.
- Urutan kelahiran.
- Metode Pelatihan.
-  Kelahiran kembar, yang mendorong anak untuk berkomunikasi hanya dengan saudara kembarnya.
-  Hubungan dengan teman sebaya.
-  Kepribadian.
Kemampuan memahami dan berbicara mempengaruhi penyesuaian sosial anak, karena bicara  dapat   :
-  Memuaskan kebutuhan dan keinginan.
-  Meminta perhatian dari orang lain.
-  Meningkatkan hubungan sosial.
-  Menentukan penilaiaan sosial.
-  Sebagai dasar penilaian diri.
-  Sebagai prestasi akademik.
-  Mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain.
-  Mempengaruhi prilaku orang lain (berbicara dengan keyakinan ).
Komunikasi Sehubungan  Dengan Proses Berpikir Sesuai Tingkat  Perkembangan Anak.
Proses berpikir pada anak-anak dimulai dari yang  kongkrit ke fungsional sampai akhirnya kepada yang abstrak  :
Masa Bayi.
Karena bayi tidak mampu menggunakan kata-kata maka dia menggunakan  komunikasi non verbal.    Mereka akan tersenyum dan mendekat bila situasi  menyenangkan  dan akan menangis bila tidak menyenangkan.
Bayi yang lebih besar memusatkan perhatian pada dirinya dan ibunya sehingga setiap orang asing akan merupakan ancaman bayinya.
Masa Pra Sekolah ( Toddler ).
Anak usia dibawah 5 tahun, hampir semuanya egosentris , mereka melihat  segala sesuatu hanya berhubungan dengan dirinya sendiri dan hanya dari sudut pandang mereka sendiri.
Waktu pemeriksaan anak perlu menyentuh alat-alat yang akan digunakan dalam pemeriksaan agar dia mengenal dan merasa terasing  gunakan kalimat singkat dan kata-kata yang familiar bagian anak serta batas pernyataan yang sifatnya menyatakan penyelesaian.
Masa Usia Sekolah.
Anak berusia  5 – 8 tahun kurang mengandalkan pada apa yang mereka lihat tetapi lebih pada apa yang mereka ketahui bila diperhadapkan pada masalah baru.   Mereka butuh penyelesaian untuk segala sesuatu tetapi membutuhkan lebih dari itu.
Masa Remaja.
Masa ini anak berfikir dan berperilaku  antara anak dan orang dewasa .
Oleh karena itu pada saat anak mengalami ketegangan   mereka mencari rasa aman yang biasa didapatkan pada masa kanak-kanak.
Apabila anak berbicara disertai emosional maka cara terbaik untuk  memberikan  dukungan ( Support ) adalah memberi perhatian,  mencoba untuk tidak menyela (interupsi )  dan menghindari komentar /  ekspresi yang menimbulkan kesan terkejut / mencela.
Tehnik Berkomunikas dengan Anak.
Tehnik Non Verbal.
a. Tehnik Orang Ketiga..
Tehnik ini mengungkapkan  ekspresi perasaan orang  ketiga, seperti    “ dia atau mereka “.
Tehnik tersebut mengurangi  perasaan  terancam dari pada lansung bertanya  pada anak  bagaimana perasaannya  ?   cara seperti ini memberikan  kesempatan untuk setuju atau tidak setuju tanpa ingin bertahan.
Misalnya Perawat mengatakan  : “ kadang-kadang bila seseorang jatuh sakit, perasaan-perasaan  marah dan sedih karena dia mampu berbuat seperti apa yang orang lain perbuat”.
Kemudian diam sebentar untuk menunggu responnya atau mendorong timbulnya jawaban dan berkata lagi : “ Apakah engkau pernah merasakan seperti itu  ?”
Tehnik pendekatan seperti ini memberi kesempatan pada anak dalam tiga  pilihan  :
1. Menyetujui, penuh harapan dan mengunggkapkan perasaannya.
2. Tidak setuju.
3. Tetap diam, mungkin mempunyai suatu perasaan tetapi tidak mampu mengekresikan nya pada saat itu.
b. Neuro Linguistic Programming  ( NLP ).
Tehnik pendekatan ini relatif masih baru.  Pendekatan ini untuk mengerti proses komunikasi yang memperhatikan  cara/gaya/kelakuan dimana  informasi dapat diterima  dan dimengerti oleh individu.



Dalam komunikasi biasanya orang menggunakan satu dari tiga sensorik seperti ;
-    Penglihatan
-    Pendengaran
-    Kinesthetic.  
Sensorik yang spesifik adalah mengidentifikasi melalui observasi tipe dari kata kerja, kata sifat dan kata ketergantungan yang digunakan  seseorang.dengan mengunakan  sensori yang sama, perawat dapat meningkatkan hubungan  dan mengkomunikasikan  informasi lebih efektif.  Orang tipe visual yang memanfaatkan alat bantu seperti diagram dan ilustrasi.    Orang tipe mendengar menggunakan kata-kata atau suara-suara.  Anak-anak cendrung menggunakan bantuk kinesthetic dan belajar dari manipulasi objek-objek





Contoh  NLP
         Cara Komunikasi    Respon yang cocok
Cara Visual   :
Saya dapat melihat bahwa saya tidak sehat.
Cara Auditory  :
Dari apa yang saya dengar dimana  dokter mengatakan, anak saya akan sembuh.
Cara  Kinesthetic  :
Saya merasa bahwa prognosa anak saya menurun. Ceritakan pada saya tentang apa yang kamu lihat.

Apa yang kamu dengar yang membuat kamu melihat sesuatu seperti ini.

Ceritakan lagi tentang perasaan anda bahwa prognosanya menurun.

c. Facilitative  Responding.
Facilitative  Responding  adalah mendengarkan  secara seksama dan membayangkan kembali perasaan-perasaan pasien dan isi pernyataan  anak.


Seperti  :
- Respon yang empati
- Tidak  menghakimi dan mengesahkan perasaan-perasaan  seseorang.
Rumus untuk fasilitative responding adalah ;
“Engkau merasa  ------   karena  ----“ (Henrich and Bernheim, 1981 ).
Contoh    Bila seseorang anak mengatakan  :
“ Saya benci ke RS dan  mendapatkan suntikan,”  dan fasilitatife respon adalah “ engkau merasa tidak bahagia karena semua dilakukan padamu”.
d. Bercerita  ( Story telling ).
Respon anak terhadap tehnik-tehnik bercerita bervariasi. Bercerita menggunakan  bahasa anak, dan menyelidiki perasaannya,  sementara itu menghindarkan  hambatan  yang disengaja atau hindarkan ketakutan-ketakutan yang paling sederhana adalah meminta anak menceritakan  tentang sesuatu kejadian / peristiwa sperifik “ Berada di Rumah Sakit”.  Selain itu dapat menggunakan  gambaran dari suatu peristiwa  dan meminta anak untuk menceritakannya.
Dongeng bersama lebih mengembangkan pendekatan terapiutik.  Dongeng tidak saja membantu membuka pikiran anak, juga mencoba merubah persepsi anak atau perasaan takutnya.
Kita mulai dengan meminta anak bercerita tentang sesuatu kejadian, diikuti oleh cerita lain oleh perawat yang sebabnya  sama dengan cerita anak hanya bedanya disini bertujuan membantu anak masuk kedalam masalahnya.
Contohnya   ;    Anak bercerita tentang masuk Rumah sakit dan tidak dapat  melihat orang tuanya lagi.
Cerita perawat  hampir  sama dan mengunakan nama orang lain bercerita bahwa  sewaktu anak itu berada di Rumah sakit tetap dapat  bertemu orang tuanya  setiap hari setelah  selesai bekerja .
Dengan cara ini dapat mengurangi perasaan takutnya akan terpisah dari orang tuanya.
e. Bibliotherapy
Bibliotherapy melibatkan penggunaan buku-buku dalam rangka proses therapiutik dan supportive.  Sasarannya  adalah membantu anak mengungkapkan perasaan-perasaan dan perhatiannya  melalui aktivitas  membaca,  cara ini dapat memberi kesempatan pada anak untuk menjelajahi suatu kejadian yang sama  dengan keadaannya  tetapi sedikit berbeda  untuk mengijinkan dia  membatasinya dari kisah itu dan tetap dalam kontrol.   Pada dasarnya   buku tidak mengancam  karena anak dapat sewaktu-waktu  menutup buku  tersebut atau berhenti membacanya.
Petunjuk umum dalam  menggunakan  Bibliotherapy  :
  Jajaki perkembangan emosi dan pengetahuan anak
 Hayati isi buku dan sesuaikan isinya dengan tingkat usia anak.
 Bersama-sama memakai buku itu seperti kita membaca untuknya.
 Menyelidiki bersama anak akan arti dari isi buku dengan cara menceritakan kembali cerita itu,  baru kembali bagian-bagian khusus, gambar  sesuatu yang berkaitan dengan cerita itu dan diskusikan gambar tersebut , bicarakan tentang  karakter atau simpulkan pengertian dari cerita tersebut.
f. Fantasy.
Bentuk khusus dari  Bibliotherapy adalah menggunakan dongeng fantasy atau dongeng yang wajar seperti “ Bawang Putih dan Bawang Merah”,   “Malin Kundang”,   “ Sikancil mencuri ketimun” , Abu Nawas”, dan lain-lain.  Figur dan kejadian-kejadian  pada dongeng melambangkan  dan mengilustrasikan adanya suatu konflik dalam suatu peristiwa  seperti butuh kasih sayang /dicintai , takut akan meninggal , takut akan tidak berharga, pentingnya kejujuran dalam kehidupan dan lain-lain.    Perlu penjelasan  pada anak arti  dari dongeng  dalam mencapai kebutuhan-kebutuhannya.
g. Mimpi.
Mimpi sering diartikan  sebagi ungkapan sesuatu sasaran tidak sadar dan akan  menekan kembali perasaan dan pikiran seseorang.  Dipulau jawa kita kenal beberapa macam mimpi  yang dapat  mengartikan sesuatu, seperti mimpi titiyoni, gondoyoni dan puspogeni.
Salah satu  cara pada Psychoterapi dapat menggunakan interpretasi dari mimpi dengan menanyakan  pada anak dan orang tua tentang mimpi. Kemudian jelajahi perasaan bersalah yang sangat mengganggi
h. Pertanyaan “Bagaimana Bila”.
Pertanyaan “ Bagaimana Bila”  mendorong anak untuk menjelajahi situasi dan menentukan berbagai pemecahan masalah.


Contoh  :
Perawat dapat bertanya : “ bagaimana bila engkau sakit dan harus masuk Rumah Sakit.???”.
Anak akan mengatakan perasaan-perasaannya yang telah dia ketahui dan tentang apa yang dia anggap aneh yang ingin dia ketahui.
Jenis komunikasi yang baik  akan membantu anak mempelajari ketrampilah pertahanan diri  ; khususnya pada situasi-situasi yang berbahaya.

i. Tiga Permintaan  (Tree Wishes).
Satu strategi untuk mengundang anak –anak dalam percakapan adalah tehnik “ Tiga Permintaan”.  Satu pertanyaan sederhana , apabila kau ingin memiliki  tiga hal didunia, apakah itu “.    Biasanya anak menjawab tentang apa yang dirasakan , seperti “ Saya tidak mau sakit lagi”.   Apa bila kita tanyakan  tentang kedua sisa pertanyaan, dia akan menyatakan “ Apabila hal itu jadi kenyataan , demikian  pula permintaan lainnya adalah sama dan saya tidak ada permintaan lagi.
Selanjutnya perawat dan pasien akan membahas tentang apa arti sakit baginya.  Sekalipun perawat tidak mampu menyembuhkan nya tetapi dia mampu membuat sebagian permintaannya menjadi kenyataan .
Salah satu diantaranya adalah mengatur teman-teman sekolahnya untuk mengunjunginya pada saat dia di Rumah Sakit dan masa penyembuhan  dirumah.   Sebelum percakapan ini keinginan anak untuk berada/dekat dengan teman-temannya tidak akan pernah terwujud.


j. Ranting Game.
Permainan ini terutama membantu anak-anak yang lebih besar untuk berani berbicara. Dari ada  menanyakan  padanya bagaimana perasaaannya,  lebih baik perawat bertanya bagaimana pengalaman  dari hari ke hari dalam skala 1 sampai 10, dengan skor 10 yang menjadi paling baik. Anak-anak pada tingkat usia sekolah dapat menggunakan cara ini yaitu dengan menulis pengalaman/ perasaan mereka selama dirawat dalam buku hariannya.
k. Word Association Game
Pendekatan degan cara “permainan asosiasi kata” dapat dimulai dengan sejumlah kata-kata kunci  dan meminta anak untuk menyebut kata pertama yang dia kenal.   Akan tetapi baik jika dimulai dengan kata-kata netral seperti menggambar, menulis, berdo’a  kemudian pada kata-kata yang mengundang kecemasan seperti, penyakit, jarum suntik, rumah sakit, pembedahan dan lain-lain.  
Kunci kata-kata yang dipilih harus sesuai dengan situasi kehidupan anak.
l. Sentenoe  Completion
Tanpa menanyakan langsung tentang keadaannya, tetapi menyadarkan pernyataan yang harus dilengkapi  oleh anak.
Cara pendekatan ini khususnya digunakan untuk anak-anak pra remaja dan remaja.
Contoh  :
“ Sesuatu yang menyenangkan ( menjengkelkan) tentang sekolah anak ……………………”
“ Usia yang paling menarik (tidak menarik) adalah ………………..”
Pernyataan dimulai dengan yang netral kemudian diakhiri dengan pernyataan yang difokuskan pada perasaan tentang dirinya.

m. Pros and Cons ( Pro dan Kontra ).
Suatu pendekatan yang agak berbeda untuk mendorong menjelajahi perasaan-perasaannya adalah memilih topic seperti “ Berada di RS”, dan  meminta anak membuat daftar (list), “ 5 hal yang baik dan 5 hal yang buruk “ tentang RS ini adalah tehnik yang sangat berharga apabila diterapkan untuk menciptakan hubungan baik.
Contoh  :
Dapat meminta anggota keluarga menulis lima hal yang mereka senangi  dan yang tidak disenangi tentang satu sama lainnya.  Kemudian setiap anggota keluarga mendapat kesempatan mendiskusikan  perasaan-perasaan  mereka dalam suasana yang tidak bersifat mengadili.
Bagaimana, bila menggunakan cara ini, perawat harus mampu menangani perasaan-perasaan yang tiba-tiba muncul, perawat peka, cepat tanggap dan cepat menetralisir situasi
Tehnik Verbal.



Tehnik komunikasi non verbal dapat digunakan pada anak-anak  seperti:
a. Menulis.
Menulis adalah  suatu alternatif pendekatan komunikasi  bagi anak,  remaja muda dan pra remaja.  Untuk memulai suatu percakapan perawat dapat memeriksa / menyelidiki tentang tulisan dan mungkin juga meminta untuk membaca beberapa bagian.
Dengan menulis anak-anak lebih riel dan nyata.
b. Menggambar.
Mengambar adalah salah satu bentuk komunikasi  yang  berharga melalui pengamatan gambar. Dasar asumsi dalam menginterpretasi gambar adalah bahwa anak-anak mengungkapkan tentang dirinya.
Untuk mengevaluasi sebuah gambar utamakan / fokuskan pada unsur-unsur sebagai berikut  :
Ukuran dari bentuk badan individu, ini mengekspresikan orang penting.
Urutan bentuk gambar, mengekspresikan prioritas kepentingan.
Posisi anak terhadap anggota keluarga lainnya, mengekspresikan perasaan anak terhadap status terhadap status dalam keluarga atau ikatan keluarga.
Bagian adanya hapusan, bayangan atau gambar  silang, mengekspresikan  ambivalen pertentangan, keprihatinan atau kecemasan pada hal-hal tertentu.
c. Gerakan Gambar Keluarga.
Menggambarkan suatu kelompok, berpengaruh pada perasaan  anak-anak dan respon emosi, dia akan menggambarkan pikirannya tentang dirinya dan anggota keluarga yang lainnya.
Gambar kelompok yang paling berharga bagi anak  adalah gambar keluarga.


d. Sosiogram
Menggambar tak perlu dibatasi bagi anak-anak, dan jenis gambar yang berguna bagi anak-anak seusia 5 tahun adalah sosiogram (gambar ruang kehidupan) atau lingkaran keluarga.     Menggambar suatu lingkaran  adalah untuk melambangkan  orang-orang yang hampir mirip  dalam kehidupan anak, dan gambar bundaran-bundaran didekat lingkaran menunjukkan keakraban / kedekatan.
e. Menggambar bersama  dalam keluarga
Salah satu tehnik yang berguna dan dapat diterapkan pada anak-anak adalah menggambar bersama dalam keluarga.
Menggambar bersama dalam keluarga merupakan satu alat yang berguna untuk menggungkapkan dinamika dan hubungan keluarga.
f. Bermain.
Bermain adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling penting dan dapat menjadi tehnik yang paling efektif untuk berhubungan dengan mereka.   Dengan bermain dapat dikumpulkan petunjuk mengenai tumbuh kembang fisik,  intelektual dan sosial.   Terapeutik  play sering digunakan untuk mengurangi trauma akibat sakit atau masuk rumah sakit  atau untuk mempersiapkan anak sebelum dilakukan prosedur medis / perawatan.
3. Program dan kebijakan pemerintah tentang Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, Departemen Kesehatan pada periode 2005-2009 memprioritaskan pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai urutan pertama dalam pembangunan kesehatan. Prioritas berikutnya adalah pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, pendayagunaan tenaga kesehatn, penanggulangan penyakit menular, gizi buruk dan krisis kesehatan akibat bencana serta peningkatan pelayanan kesehatan daerah terpencil, tertinggal, daerah perbatasan dan pulau-pulau terluar.
Visi dan Misi Departemen Kesehatan yaitu meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, maka untuk mencapai upaya tersebut adalah :
1. Pelayanan Kesehatan Dasar yang terdiri dari:
a. Pelayanan Kesehatan ibu dan anak :
Kebijakan tentang KIA secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di semua fasilitas kesehatan, dari posyandu sampai rumah sakit pemerintah maupun fasilitas kesehatan swasta.
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) seperti pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan ibu hamil K1 dan K4.
b. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi Kebidanan.
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan. Hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 70,62 % - 77,21 %.
c. Deteksi Resiko, Rujukan Kasus Resti dan Penanganan Komplikasi.
Kegiatan deteksi dini dan penanganan ibu hamil berisiko/komplikasi kebidanan perlu lebih ditingkatkan baik di fasilitas pelayanan KIA maupun di masyarakat. Deteksi risiko oleh tenaga kesehatan pada tahun 2007 sebesar 46,17% sedangkan deteksi risiko oleh masyarakat (kader, tokoh masyarakat,dll) sebesar 22,08%.
Resti komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Resti/komplikasi kebidanan meliputi Hb <> 140 mmHg, diastole > 90 mmHg). Oedeme nyata, ekslampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan p````````rematur.

d. Kunjungan Neonatus (KN1 dan KN2).

Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28hari) minimal dua kali, satu kali pada umur 0-7 hari (KN1) dan satu lagi pada umur 8-28 hari (KN2).
Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi pada ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi);pemberian vitamin K; manajemen terpadu balita muda (MTBM); penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA. Cakupan kunjungan neonatal (KN2) pada tahun 2007 sebesar 77,16%.
2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB).
Masa subur seorang wanita memiliki peranan penting bagi terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita terjadi antara usia 15-49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/ pasangan lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB.
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007, persentase wanita berumur 10 tahun keatas yang pernah kawin dengan jumlah anak yang dilahirkan hidup terbesar adalah 2 orang (23,02%), 1orang (19,52%) dan 3 orang (17,11%). Sedangkan rata-rata jumlah anak lahir hidup per wanita usia 15-19 tahun adalah 1,79 untuk daerah perkotaan dan 1,98 di pedesaan.
3. Pelayanan Imunisasi.
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi 0-1 tahun (BCG,DPT, Campak, Polio, HB), imunisasi untuk wanita usia subur/ibu hamil TT dan imunisasi untuk anak SD (kelas 1; DT dan kelas 2-3; TT), sedangkan kegiatan imunisasi tambahan dilakukan atas dasar ditemukannya masalah seperti desa non UCI, potensial/resti KLB, ditemukan/diduga adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis.
Pencapaian UCI pada dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada kelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti eilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31). Dalam hal ini pemerintah menargetkan pencapaian UCI pada wilayah administrasi desa dan kelurahan. Pencapaian UCI pada tahun 2007 sebesar 71,18 % dengan target nasional UCI 80%.
Program-program kebijakan pemerintah terhadap kesehatan ibu dan anak di Indonesia yang sedang berlangsung diantara meliputi :
Perawatan Penyakit Anak yang Terpadu (IMCI).
Rencana Kesehatan Remaja Nasional.
kebijakan dan rencana untuk mencegah malaria dalam kehamilan dan malaria bawaan, penularan vertikal HIV dan syphilis dalam kehamilan.
Making Pregnancy Safer.
Peningkatan kesadaran akan HIV/AIDS.



BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dalam berkomunikasi secara nob –verbal , secara serentak menggunakan semua pancaindra kita dalam proses menerima dan mengirim berita.
Bagaimana kita memakai panca indra tadi dan bagaimana penginterpretasi berita yang diterima sangat menentukan observasi kita.
Orang tua merupakan fokus penting dalam komunikasi segi tiga walaupun tidak mengabaikan saudara kandung, sanak saudara atau pembantunya. Dalam proses komunikasi dalam keluarga kita dapat menggunakan langkah-langkah seperti : mendorong orang tua untuk berbicara ; mengarahkan pada pokok permasalahan ; mendengar ; diam sejenak ; meyakinkan ; menentukan masalah ; memecahkan masalah ; mengantisipasi bimbingan , dan menghindari hambatan-hambatan komunikasi.
Walaupun tampaknya bayi tidak mampu berbicara, ternyata dia memilih bentuk komunikasi prabicara seperti : tangisan, celoteh, isyarat dan ekspresi emosional. Kemudian bentuk komunikasi prabicara ini berkembang menjadi peran bicara dalam berkomunikasi. Untuk mencapai ini dibutuhkan : persiapan fisik; kesiapan mental; model yang baik untuk ditiru; kesempatan untuk praktek; motipasi yang tinggi; bimbingan yang tepat.
Komunikasi yang berkaitan dengan proses berpikir harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Proses berpikir pada anak-anak dimulai dari yang kongkrit ke fungsional dan akhirnya keabstrak.
Terdapat bermacam-macam tehnik berkomunikasi dengan anak seperti tehnik komunikasi non verbal ; tehnik orang ketiga ; neurolinguistic programming (N. C. P ) ; facilitativa responding ; bercerita ; bibliotherapy ; fantasy ; mimpi ; pertanyaan “ bagaimana bila tiga permintaan “, rating game ; word association game ; melengkapi kalimat dan pro & kontra. Sedang komunikasi verbal bagi kebanyakan anak & orang tua sering mendapat kesulitan karena harus membicarakan perasaan-perasaannya. Komunikasi verbal dapat berupa : menulis ; menggambar ; gerakan gambar keluarga ; sociogram ; menggambar bersama dalam keluarga dan bermain.
B. Saran.
Makalah ini kami angkat berdasarkan dari sumber penerbit dan pengatahuan  dan diskusi kelompok kami.somoga pembaca dapat menambah wawasan dan pengatahuan tentang makala ini.
 Serta membawa manfaat bagi lingkungan,Dengan cara berkomunikasi seperti ini.Perawat dapat lebih merencanakan  bantuan dan bimbingan  bagi pasien dan juga perawat akan mengembangkan kepercayaan pada diri sendiri.Kami menerima saran anda agar makalah ini lebih sepurnah.















Daftar Pustaka
Asuhan Keperawatan anak dan dalam kontek  keluarga,usdiknakes  Depkes RI Jakarta (1993)
Hubungan teraputik perawat – klien Budiana Keliat S.Kp
Elyshabet d.k.k , Asuhan Keperawatan anak.university Indonesia



1 komentar: