Sabtu, 26 Mei 2012

MAKALAH ATRITIS REMATOID


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan  makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia  lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.
Pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak semua perubahan struktur dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi penduduk lansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18% diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai paling tidak satu masalah kesehatan(HealthyPeople,1997).
Dan jumlah penduduk lansia yang tinggi kemungkinan membuat rematik jadi keluhan favorit. Penyakit otot dan persendian  ini sering menyerang lansia, melebihi hipertensi dan jantung, gangguan pendengaran dan penglihatan, serta diabetes(Health-News,2007).


B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi arthritis rheumatoid ?
2. Apa etiologi arthritis rheumatoid ?
3. Apa manifestasi klinis  arthritis rheumatoid ?
4. Bagaimana patofisiologi dari arthritis rheumatoid ?
5. Bagaimana penatalaksanaan  untuk pasien dengan arthritis rheumatoid?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada arthritis rheumatoid  ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi arthritis rheumatoid  
2. Untuk mengetahui etiologi arthritis rheumatoid  
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis  arthritis rheumatoid 
4. Untuk mengetahui  patofisiologi  arthritis rheumatoid   
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk pasien dengan arthritis rheumatoid  
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada arthritis rheumatoid  

D. MANFAAT
1. Sebagai informasi dasar untuk mengenal arthritis rheumatoid  
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai arthritis rheumatoid .

BAB II
PEMBAHASAN

1. KONSEP DASAR MEDIS
A. DEFINISI
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang menyebabkan degenerasi jaringan penyambung .
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.

B. ETIOLOGI
Penyebab dari artritis rhematoid belum dapat diketahui secara pasti, tetapi dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu: 
1) Mekanisme imunitas (antigen antibodi) seperti interaksi IgG dari imunoglobulin dengan rhematoid factor
2) Faktor metabolik
3) Infeksi dengan kecenderungan virus
C. TANDA DAN GEJALA
1. Tanda dan gejala setempat
a. Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning stiffness) dan gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya tidak berlangsung lama.
b. Lambat laun membengkak, panas merah, lemah
c. Poli artritis simetris sendi perifer atau semua sendi bisa terserang,panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling sering mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan, meskipun sendi yang lebih besar  seringkali terkena juga
d. Artritis erosive atau sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi yang kronik menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat dilihat pada penyinaran sinar X
e. Deformitas atau pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi metakarpofalangea, deformitas beoutonniere dan leher angsa. Sendi yang lebih besar mungkin juga terserang yang disertai penurunan kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami ankilosis disertai kehilangan kemampuan bergerak yang total
f. Rematoid nodul  merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3 pasien dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah, bentuknya oval atau bulat dan padat.
2.      Tanda dan gejala sistemik
•         Lemah, demam, tachikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia 
Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu:
a. Stadium Sinovisis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak dan kekakuan
b. Stadium Destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon
c. Stadium Deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada pembentukan pannus, ankilosis fibrosa dan terakhir ankilosis tulang.


D. PATOFISIOLOGI
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan.  Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.  Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Tes serologi
- Sedimentasi eritrosit meningkat
- Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
- Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Pemerikasaan radiologi
- Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
- Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis
3. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.

Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.
Kriteria Artritis rematoid menurut American Reumatism Association ( ARA ) adalah:
1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari ( Morning Stiffness ).
2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi
3. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan ) pada salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain
5. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor
7. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
8. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
9. Pengendapan cairan musin yang jelek
10. Perubahan karakteristik histologik lapisan synovial
11. gambaran histologik yang khas pada nodul.

Berdasarkan kriteria ini maka disebut :
Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu
Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 4 minggu.

F. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangiinflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuanmobilisasi penderita (Lemone & Burke, 2001)
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu: 
1) Istirahat
2) Latihan fisik
3) Termoterapi
4) Pengobatan :
o Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
o Natrium kolin dan asetamenofen à meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap terapi obat
o Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari à mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan
o Garam emas
o Kortikosteroid
5) Nutrisi 
diet untuk penurunan berat badan yang berlebih
Bila Rhematoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut:
1. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi.
2. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
3. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
4. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada persendian





2. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Proses keperawatan
a.Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
o Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
o Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sen
2.Pemeriksaan Fisik
o Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
o Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
- Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
- Catat bila ada krepitasi
- Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
- Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
Ukur kekuatan otot
Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
3. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

b. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut / kronis behubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan / proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan: deformitas skeletal, nyeri, ketidak nyamanan, intolransi aktifitas, penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahankemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,ketidakseimbangan mobilitas
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunankekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosisdan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemahaman/ mengingat, kesalahan interpretasi informasi.

c.Intervesi keperawatan
1. Nyeri akut / kronis behubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan / proses inflamasi, destruksi sendi
Kriteria hasil :
- Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol,
- Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuaikemampuan.
INTERVENSI RASIONAL

- kaji keluhan nyeri, catat 
lokasi dan intensitas (skala 0 
– 10). Catat factor-faktor 
yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal  
- berikan matras atau kasur 
keras, bantal kecil. Tinggikan 
linen tempat tidur sesuai kebutuhan
- biarkan pasien mengambil 
posisi yang nyaman pada 
waktu tidur atau duduk di 
kursi. Tingkatkan istirahat di 
tempat tidur sesuai indikasi 
- dorong untuk sering 
mengubah posisi. Bantu 
pasien untuk bergerak di 
tempat tidur, sokong sendi 
yang sakit di atas dan di 
bawah, hindari gerakan yang 
menyentak 
- anjurkan pasien untuk mandi 
air hangat atau mandi 
pancuran pada waktu 
bangun. Sediakan waslap 
hangat untuk mengompres 
sendi-sendi yang sakit 
beberapa kali sehari. Pantau 
suhu air kompres, air mandi 
- berikan masase yang lembut 

kolaborasi 
- beri obat sebelum aktivitas 
atau latihan yang 
direncanakan sesuai petunjuk 
seperti asetil salisilat (aspirin) 
-membantu dalam menentukan 
kebutuhan managemen nyeri dan 
keefektifan program 


- matras yang lembut/empuk, banal 
yang besar akan mencegah 
pemeliharaan kesejajaran tubuh 
yang tepat, menempatkan stres 
pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan 
tekanan ada sendi yang 
terinflamasi / nyeri 
- pada penyakit berat, tirah baring 
mungkin diperlukan untuk 
membatasi nyeri atau cedera sendi. 
- Mencegah terjadinya kelelahan 
umum dan kekakuan sendi. 
Menstabilkan sendi, mengurangi 
gerakan/rasa sakit pada sendi 
- Panas meningkatkan relaksasi otot 
dan mobilitas, menurunkan rasa 
sakit dan melepaskan kekakuan di 
pagi hari. Sensitifitas pada panas 
dapat dihilangkan dan luka dermal 
dapat disembuhkan 


- Meningkatkan relaksasi, mengurangi 
tegangan otot, memudahkan untuk 
ikut serta dalam terapi 

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan: deformitas skeletal, nyeri, ketidak nyamanan, intolransi aktifitas, penurunan kekuatan otot
Kriteria hasil :
- Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan kontraktur.
- Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau kompensasi bagian tubuh.
- Mendemonstrasikan tekhnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktifitas.
INTERVENSI RASIONAL
-Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi
-Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan. 
-Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin. 
-Dorong klien mempertahankan 
postur tegak, duduk tinggi, 
berdiri dan berjalan
-Berikan lingkungan yang aman 
dan menganjurkan untuk 
menggunakan alat bantu.
 -Berikan obat-obatan  sesuai 
indikasi seperti steroid
- Tingkataktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari proses inflamasi
-Untuk mencegah kelelahan dan 
mempertahankan kekuatan.
-Meningkatkan fungsi sendi, 
kekuatan otot dan stamina  umum

-Memaksimalkan fungsi sendi 
dan mempertahankan mobilitas.

-Menghindari cedera akibat 
kecelakaan seperti jatuh

- Untuk mecegah inflamasi sistemik akut
3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahankemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,ketidakseimbangan mobilitas
Kriteria hasil :
- Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.
- Menyusun rencana realistis untuk masa depan
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Dorong pengungkapan mengenai masalah, proses penyakit, dan harapan masa depan
Diskusikan arti dari kehilangan/perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangan pribadi klien terhadap perubahan gaya hidup termasuk aspek seksual.
 Diskusikan persepsi klien mengenai bagaimana orang terdekat dalam menerima keterbatasan klien

Akui dan terima perasaan berduka,bermusuhan,dan ketergantungan

Perhatikan perilaku menarik diri, menyangkal atau terlalu memperhatikan tubuh/perubahan



Susun batasan pada perilaku maladaptive. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping
Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas



Kolaborasi 
Rujuk pada konseling psikiatri
Berikan obat-obat sesuai petunjuk 

Beri kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/kesal menghadapinya secara langsung.
Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi atau konseling lebih lanjut.
Isyarat verbal/nonverbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri. 
Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah, bermusuhan umum terjadi. 
Dapat menunjukkan emosional atau metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut atau dukungan psikologis. 
Membantu pasien mempertahankan kontrol diri yang dapat meningkatkan perasaan harga diri. 
Meningkatkan perasaan kompetensi/harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong partisipasi dan terapi.


Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang/ketidakmampuan
Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemampuan 
yang yang lebih efektif
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunankekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi
Kriteria hasil :
- Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuanindividual.
- Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
- Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri
INTERVENSI RASIONAL
• Kaji tingkat fungsi fisik 


• Pertahankan mobilitas, kontrol 
terhadap nyeri dan program latihan 
• Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri, identifikasi untuk modifikasi lingkungan
• Identifikasi untuk perawatan yang diperlukan, misalnya: lift, peninggiandudukan toilet, kursi roda

Mengidentifikasi tingkat bantuan dan dukungan yang diperlukan 

Mendukung kemandirian fisik/emosional 
Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diri
Memberikan kesempatan untuk dapat melakukan aktivitas secara mandiri
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosisdan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemahaman/ mengingat, kesalahan interpretasi informasi
Kriteria hasil :

- Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
- Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yangkonsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas
INTERVENSI RASIONAL
-Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan
- Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui obat-obatan, dan program diet seimbang, l;atihan dan istirahat
-Bantu dalam merencanakan  jadwal aktivitas terintegrasi yang realisti, istirahat, perawatan pribadi,pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres
-Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik
- Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan/ pemeriksaan laboratorium, mis: LED,Kadar salisilat, PT
-Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
- Tujuan kontrol penyakitadalah untuk menekan inflamasi sendiri/ jaringan lain untuk mempertahankan fungsisendi dan mencegah deformitas
- Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakitkronis kompleks


-Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung ketepatan


- Terapi obat obatan membutuhkan pengkajian/ perbaikan yangterus menerus untuk menjamin efek optimal dan mencegah takar lajak, efek samping yang berbahaya




BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Tanda dan gejala pada umumnya berupa nyeri pada persendian, bangkak (rheumatoid nodule), dan kekakuan pada sendi terutama setelah bangun pada pagi hari.
B. Saran
Mengingat arthritis rheumatoid merupakan penyakit yang banyak  dijumpai pada lansia namun tidak menutup kemungkinan untuk menyerang usia muda  maka penanganan penyakit ini diupayakan secara maksimal dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan baik melalui tenaga kesehatan,  prasarana dan sarana kesehatan.




DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E. J. 2009.Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC
Doenges, M. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah..Jakarta:EGC






1 komentar: